Mohon tunggu...
Sutjipto
Sutjipto Mohon Tunggu... -

Penulis Buku: Larasati

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Membaca Semangat "Asal Bukan Ahok!" yang Semakin Menguat

9 Maret 2017   08:26 Diperbarui: 9 Maret 2017   08:44 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.inilahfakta.com/2016/09/analisa-csil-bukan-ahok-strategi-tiga.html

Tulisan ini terinspirasi dari release survei dari Median, yang memenangkan Anies-Sandi pada putaran kedua nanti dengan angka sekira 46,3 persen, sementara Ahok-Djarot memperoleh 39,7 persen, dengan jumlah responden yang belum menentukan pilihan sebesar 14 persen. Hasil ini, tentu saja mengejutkan pihak Ahok-Djarot yang menjadi pemenang pada putaran pertama, dan dalam beberapa kesempatan sesumbar akan mendapatkan dukungan dari partai pendukung dan pemilih AHY-Sylvi. Mengejutkan, tentu saja, karena ini sudah hampir sebulan dari pencoblosan pada putaran pertama, dan kurang lebih sebulan lagi akan dilaksanakan pencoblosan yang kedua.

Hal menarik lain yang menjadi “titik poin” dari hasil survei tersebut adalah, meningkatnya diktum “Asal Bukan Ahok!” di kalangan responden (sebagai representasi pemilih). Diktum itu menjadi menarik, dan tentu saja sangat “menyakitkan” bagi Ahok-Djarot dan timnya, terutama ketika akhir-akhir ini mereka sering mengindikasikan diri sebagai calon yang dipilih oleh semua kelompok dan golongan. Tentu saja unggulnya Anies-Sandi menjadi jawaban, bahwa pemilih AHY-Sylvi cenderung merapat ke Anies-Sandi karena memilih Ahok-Djarot bukanlah pilihan yang tepat, terutama dalam konteks agama dan keyakinan sebagai perspektif.

Diktum “Asal Bukan Ahok!” tidak bisa hanya dimaknai dalam konteks agama saja, apalagi disimplifikasi dengan etnis tertentu, misalnya Ahok adalah orang China dan beragama kristen. Kenapa? Karena mereka masih bisa ngeles dengan mengatakan Djarot itu Islam dan pribumi. Buktinya, pada Pilkada putaran pertama lalu, banyak orang Islam yang memilih Ahok, banyak sekali jumlahnya.

Artinya, semakin menguatnya semangat “Asal Bukan Ahok!” adalah bagian penting dari munculnya kesadaran masyarakat Jakarta untuk mencari pemimpin yang tidak hanya bisa bekerja dan membangun, tapi juga memberikan rasa aman, tanpa merasa dicurigai, dan tentu saja tidak menyakiti mereka (secara verbal maupun kebijakan-kebijakan).

Semangat “Asal Bukan Ahok!”, muncul dari mereka yang merasakan betapa Ahok telah “menistakan” warga Jakarta dengan kata-kata sarkas yang seringkali menyakitkan. Timbul dari mereka yang merasakan, bagaimana kebijakan Ahok telah membuat mereka menderita, terutama berkaitan dengan penggusuran yang tak beralasan. Mencuat dari mereka yang lahan dan penghidupannya diverai-beraikan atas nama pembangunan dan reklamasi. Semakin menguat dari mereka yang merasakan bagaimana sarkasme Ahok dapat menciptakan perpecahan karena menunjukkan sikap intoleran terhadap keyakinan agama yang berbeda. Semakin memanas bagi mereka yang merasakan keberadaan Ahok sebagai ancaman kebhinekaan karena menguatkan perbedaan.

Sehingga, membaca semakin menguatnya semangat “Asal Bukan Ahok!” tidak bisa hanya dimaknai hanya sebatas satu komponen saja, apalagi disimplifikasi hanya dilakukan oleh pemeluk agama tertentu saja. Ahok yang bekerja, tapi harus realistis banyak juga yang tidak suka. Dari berbagai hasil survei, bahkan jelas sekali, rakyat Jakarta menginginkan Gubernur baru dan perubahan. Ahok yang katanya berprestasi, tapi secara bersamaan banyak yang menginginkan ia tidak terpilih lagi. Mungkin ada yang tidak rasional dengan realitas semacam ini, tapi rasionalitas itu mempunyai ukuran masing-masing. Rasionalitas tidak bisa “dilembagakan”, karena ketidak-berpihakan terhadap Ahok, itu adalah bentuk rasionalitas yang dimiliki oleh setiap individu.

Tentu semangat “Asal Bukan Ahok!” yang semakin menguat, akan membuat pihak Ahok-Djarot dan timnya semakin nelangsa, apalagi ketika mengingat kenyataan bahwa tidak mudah untuk merubah persepsi dan pilihan masyarakat hanya dengan menggembar-gemborkan (yang katanya) prestasi dan kerja. Semangat “Asal Bukan Ahok!” begitu menggelora dan terus-menerus menjauhkan Ahok-Djarot dari kemenangan. Penguatan semangat itu, akan menemukan momentumnya nanti, ketika pencoblosan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, ketika menumbangkan calon petahana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun