Sampai kemudian kekalahan demi kekalahan harus dialami. Dan akhirnya tumbang sama sekali. Takluk, menyerah, kalah. Dengan membawa korban yang banyak pada kedua belah pihak. Menyebabkan gelombang pengungsi besar-besaran. Korban berjatuhan, harta-benda, dan nyawa.
Banyak tentara dari pihak ISIS yang sejak awal berhasrat syahid sudah tercapai keinginan mereka. Terutama para lelaki yang gagah berani tapi tanpa perhitungan matang masa depan keluarga, para suami yang gagal melindungi isteri, para bapak yang membiarkan anak-anak mereka mengeikuti jejak salah. Yang tertinggal kemudian hanya para isteri dan anak-anak kebingungan.
Namun, jangan salah. Isteri dan anak-anak itu pun (sebagian, atau keseluruhan) sudah diajari perang. Sudah pegang senjata, dan siap membunuh atau dibunuh. Siap syahid. Jadi, hanya menunggu waktu saja untuk mempraktikkan doktrin mereka. Menunggu sampai umur cukup dewasa, menunggu sampai kesempatan tiba, menunggu sampai ada yang berbelas kasihan memberi peluang.
Kalau kini mereka tampak sengsara, menderita, dan prihatin; sebenarnya itu sudah disadari jauh hari dan sudah punya persiapan hati untuk menjalaninya. Jangankan sengara dan terlunta, Â mati pun mereka tidak takut. Menjadi pelaku bom bunuh diri pun bukanhal istimewa.
Dan repotnya lagi, mereka akan menumpas siapa saja yang lain, yang di luar mereka, yang dianggap mengganggu kepentingan mereka. Jangan lagi hanya tetangga, teman, saudara. Malah negara pun hendak di lawan. Dan itulah yang tercerminkan pada perilaku para teroris dan radikalis di dalam negeri ini. Â
Maka alasan apa lagi yang mampu melunakkan hati agar mereka boleh pulang? Ada. Pasti ada. Dengan hitung-hitungan cermat keputusan jalan tengah terpaksa ditempuh. Mereka boleh kembali ke Indonesia, dengan beberapa alternatif berikut ini.
*
Pertama, mereka akan dipulangkan ke Indonesia  pada 10 atau 15 tahun yang akan datang. Selama waktu menunggu kepulangan mereka akan mendapatkan materi deredikalisiasi.
Waktu yang lama itu sekaligus untuk mengingatkan kembali bahwa Indonesia satu-satunya negara yang mestinya mereka hormati keberadaannya sampai kapanpun, dan bila perlu dengan mempertaruhkan nyawa sebagaimana para penjuang kemerdekaan dan para pahlawan pembangunan.
Kedua, mereka akan dipulangkan pada 5 tahun yang akan datang bila selama waktu itu tidak ada satu pun tindakan terorisme di Indonesia.
Bukan rahasia lagi bahwa para teroris berafiliasi dengan ISIS. Benderanya mereka kibarkan dan pancangkan di mana-mana, dengan mengatas namakan ajaran dan kepentingan agama. Terbukti ketika kekalahan demi kekalahan yang mereka dialami, para teroris bertindak seolah-olah menuntut balas di dalam negeri.