Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sate "Klatak", Kuliner Khas Wonokromo Bantul Yogyakarta

27 Februari 2018   12:54 Diperbarui: 27 Februari 2018   13:13 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:https://bonvoyagejogja.com

Bahan makanan yang mengandung sumber protein hewani dan mempunyai nilai gizi tinggi adalah daging.  Salah satu daging yang banyak dikonsumsi orang Indonesia adalah daging kambing. Kualitas daging kambing ditentukan oleh aroma, tekstur dan warna,  sebagai pembeda dengan daging lain seperti domba, sapi, kerbau, babi, dan kuda. Daging kambing apalagi yang muda (karena usianya kurang dari 1 tahun) menjadi menu favorit untuk aneka masakan, sate, tongseng, gulai, kebuli, guling, soto, kari, krengsengan, oseng, dan lain-lain. Di daerah Sentul Bogor Jawa Barat, dijual sate kiloan dikenal dengan Pojok Sate Kiloan (PSK), yang menjual sate dengan cara membeli daging kambing kiloan, bukan berdasarkan porsi. Daging kambing kiloan ini dapat dimasak sesuai selera konsumen selain sate.

Lain lagi di daerah Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta ada warung yang menyediakan sate klatak. Apa itu sate klatak ? Sate klatak bahan dasar dari daging kambing muda yang dimasak ditaburi garam, ditusuk dengan jeruji besi yang biasa dipakai untuk roda sepeda/becak, kemudian dibakar. Jerugi sepeda yang dipakai tentu yang masih baru, dipotong kira-kira 25 cm dan dicuci bersih bila akan dipakai untuk menusuk daging kambing. Disebut sate klatak karena daging kambing yang ditaburi garam, ketika dibakar diatas anglo dengan arang batok kelapa, dan dikipasi timbul bunyi klatak, klatak, klatak. Sejak itu disebut dengan sate klatak karena bunyi yang unik dan khas, ketika proses pembakaran.

Rangkaian sate klatak ini dimakan bersama kuah bumbu gulai dan nasi  putih. Satu porsi sate klatak hanya terdiri dua (2) tusuk, yang cukup  untuk satu orang karena irisan besar-besar, namun tetap empuk, lezat, matang  merata, dan kuahnya segar pas untuk makan pagi, siang, sore dan malam. Selain itu juga disediakan menu gulai, tongseng, tengkleng, dan sate biasa dengan bumbu kecap/kacang, nasi goreng. 

Minum teh dan jeruk  panas dengan gula batu dan air putih panas dalam poci, maupun minuman dingin. Harga terjangkau untuk kantong semua lapisan masyarakat, minum Rp 3.000,- sate Rp 20.000,-. Sate klatak ini hanya ada di Yogyakarta, kalaupun ada di kota lain, pasti ada perbedaan karena suasana pedesaan dengan sawah-sawah yang membentang  dengan tanaman padi yang hijau, atau kuning bila sudah siap panen.

Sate klatak yang bahan dasarnya dari kambing muda ini atas ide mbah Ambyah, yang merintis usaha tahun 1946, awalnya berjualan keliling dengan menu gulai dan tongseng (https://www.njogja.co.id). Sate klatak hanya menjadi menu tambahan, bukan menu pokok. Dalam perkembangannya mempunyai warung di pasar dusun Jejeran, kelurahan Wonokromo, kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Daerah ini dikenal sebagai daerah santri, karena banyak pondok pesantren, dan masyarakatnya sangat religius.

Setelah mbah Ambyah meninggal, usaha itu diteruskan oleh anak cucunya. Tidak heran bila disekitar pasar Jejeran banyak warung sate klatak, namun hati-hati kalau membeli karena berdasarkan pengalaman tidak semua warung itu dapat menghidangkan sate yang empuh, enak, lezat dan gurih. Walau bahan sama, namun cara dan proses masak berbeda akan menimbulkan cita rasa berbeda. Oleh karena itu wajar bila disepanjang jalan Imogiri Timur (selatan terminal bis Umbulharjo) yang berjajar dengan warung sate klatak tidak semua dikunjungi peminat. Ada sate klatak di pasar Jejeran Wonokromo yang menjadi dikenal karena sebagai lokasi shooting film AADC1.

Sebagai referensi langganan kami sekeluarga, salah satu warung yang sangat ramai dikunjungi pembeli ada di perempatan pasar Jejeran belok kanan dari arah jalan Imogiri Timur kira-kira 300 meter. Warungnya ada disisi utara dan selatan jalan, dengan tempat parkir luas, ada mushola, mainan anak-anak, namun kekurangnya terlalu lama untuk menunggu pesanan (1-1,5) jam dalam kondisi normal. 

Bila hari libur bisa menunggu antrian sampai 20 meja (1,5-2) jam. Ditanggung untuk diskusi dan rapat bisa sampai tuntas, atau bisa tertidur (bila di lesehan) menunggu datangnya pesanan sate klatak yang fenomenal itu. Kenapa bisa terlalu lama menunggu ?. Dugaan sementara dari pengalaman, karena banyak pembeli dan tenaga kerja tidak seimbang. Belum pernah melakukan penelitian, namun perlu saran untuk mengubah manajemen pelayanan, sehingga langganan bertambah banyak, namun juga puas karena pelayanan yang cepat, tepa dan benar.

Namun antrian panjang dan lama ini sudah bisa disiasati, dengan mengklik aplikasi go food, tinggal menunggu di rumah atau di penginapan sambil santai bersama keluarga. Bedanya sate tanpa ada tusuk jeruji besi karena sudah dikemas dalam dus, namun rasa tetap sama lezat, enak dan empuk. 

Pemesanan melalui aplikasi ini, tanpa terasa telah berbagi rejeki dengan pengemudi go food, yang rela antri, dan setia mengantar ke alamat pemesan dengan menembus hujan, angin, dan terik matahari. Akhirnya, silahkan menentukan pilihan untuk mendapatkan sate klatak yang sudah viral di dunia maya ini dengan langsung datang ke lokasi atau menunggu pesanan sambil mengerjakan apapun, asal lokasi masih disekitar kota Yogyakarta. Selamat mencoba dan menikmati keunikan an kelezatan sate klatak khas Wonokromo, Bantul, Yogyakarta, ditanggung akan ketagihan...!

Yogyakarta, 27 Februari 2018 pukul 11.51

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun