2. Daratan
Daratan merupakan tempat manusia hidup, dari sinilah aktivitas manusia banyak terjadi dan menghasilkan sampah paling banyak. Berbicara soal daratan, akan menyangkut dengan tanah. Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Karena tanah memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang kehidupan makhluk hidup di daratan khususnya, tanah adalah tempat untuk tanaman tumbuh subur, yang menjadi sumber makanan untuk makhluk hidup lainnya (rantai makanan).
Namun, keadaan tanah sekarang ini terancam dengan adanya pencemaran lingkungan, baik oleh sampah, limbah rumah tangga (air bekas cucian piring atau baju, limbah industri (dalam bentuk cairan sisa olahan, maupun limbah pertanian (pestisida yang jatuh ke tanah atau mengalir ke sungi). Selain dari limbah buangan di atas, potensi pencemaran tanah yang lebih berbahaya berasal dari air lindi (air dari tumpukan sampah), senyawa logam berat yang bersifat racun (toxic), dan penyebab kanker (carsinogen) seperti merkuri, timbal, dan cadnium. Parahnya, pencemaran tanah akan semakin berbahaya bila turut mencemari air tanah, yang menjadi sumber ketersediaan air bagi kehidupan manusia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 2.200 desa mengalami pencemaran tanah pada tahun 2018. Data ini didukung dengan indeks perilaku ketidakpedulian lingkungan hidup yang nilainya 0-1. Nilai indeks kepedulian bangsa Indonesia ada pada angka 0,51 yang menunjukan bahwa kepedulian bangsa Indonesia terhadap lingkungan hidupnya masih sangat rendah, dan perlu untuk terus ditingkatkan.
3. Atmosfer
Tercatat pada tahun 2019 ini, telah terjadi kebaran hutan di beberapa negara, khususnya Indonesia yang menjadi langganan kebarakan hutan sejak tahun 2015 silam. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mencatat di seluruh Indonesia berdasarkan aplikasi AirVisual, titik api pada bulan agustus tahun ini terdeteksi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat. Kemudian, di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Semenanjung Malaysia, Serawak Malaysia, dan Singapura. Dengan data BNPB 2.852 titik api. Lebih parah dari kebakaran hutan di tahun 2015. Yaitu dengan luas hutan dan lahan yang terbakar sebesar 328.724 hektare. Selain di Indonesia, pada tahun 2019, kebakaran hutan juga terjadi di California, Amerika Serikat dan  di hutan Amazon, Brazil. Mirisnya, kebakaran hutan dan lahan sebagian tidak terjadi secara alami (bencana alam) misalnya karena kemarau panjang. Tetapi, akibat dari perbuatan manusia yang membuka hutan dan lahan dengan cara dibakar, dan membuang puntung (sisa rokok) yang masih menyala secara sembarangan, akibatnya daun-daun yang kering di tanah terkena api dari puntung roko tersebut, menjalar dan terjadilah kebakaran hutan.
Selain kebakaran hutan dan lahan (karhutla), penyebab pencemaran udara pun juga berasal dari polusi udara. Banyak kendaraan atau transportasi darat, laut, dan udara, ditambah masih banyaknya pabrik yang menghasilkan limbah berupa asap buangan ke udara. Karena, polusi udara menjadi persoalan global yang terus menjadi perhatian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut 5,5 juta orang meninggal karena polusi udara setiap tahunnya.
Dikutip dari The Independent, Rabu (14/2/2018), peneliti spesialis obat pernafasan dari Imperial College London, Profesor Kian Fan Chung mengatakan China dan India merupakan dua negara paling berpolusi di dunia. Di antara China dan India, China menjadi negara dengan pencemaran paling mematikan di dunia. Sekitar, 1,6 juta orang meninggal karena polusi di China setiap tahunnya.