Mohon tunggu...
Mohamad Sofiyudin
Mohamad Sofiyudin Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Karyawan Swasta. Bercita cita menjadi Suami dan Ayah yang baik. Suami dari seorang Istri dan Ayah dari seorang putri. Menggemari olahraga bulutangkis. Beralamat di mh.sofiyudin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilgub Jateng: Pertempuran Dunia Maya dan Akun Bot

3 Mei 2013   07:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:12 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seiring dengan majunya dan tuntutan kehidupan yang lebih cepat, kini interaksi melalui internet juga mengalami pergeseran, yang pada awalnya hanya sebagai sarana hobby dan pertemanan semata. Kini pergaulan secara virtual bergeser keranah yang lebih serius lagi, seiring dengan lahirnya web web social media seperti facebook dan twitter. Kehadiran social media kini mulai ditarik pada hal-hal yang bersifat lebih serius, seperti membangun branding, interaksi dengan pelanggan bisnis, edukasi, termasuk kampanye politik. Walaupun semua kalangan bisa masuk ke pergaulan social media namun pengguna social media masih didominasi oleh mereka yang muda dan berjiwa muda.

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah yang akan digelar 26 Mei 2013 ini, dengan 3 (tiga) kandidatnya Hadi Prabowo-Don Murdono, Bibit Waluyo-Sudijono Sastroadmojo, Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko, hiruk pikuknya mulai bisa dirasakan “kehangatanya” di dunia maya (baca:social media). Pertempuran antar timses Calon Gubernur yang terjadi di dunia maya lazim dikenal sebagai “pertempuran” udara. “Pertempuran” udara antar timses melengkapi pertempuran darat. Para tim sukses di social media “bertempur” untuk membangun citra positif jagoannya, melalui twitter, facebook, blog, forum-forum online.

Pesan pesan politik melalui social media diakui memang cukup efektif mengingat pengguna social media juga cukup besar dan langsung mengena pada sasaran. Walaupun pengguna social media di Jateng tidak terlalu besar bila dibanding dengan Jakarta, dan perang social media Pilgub Jateng juga tidak sesengit ketika Pilgub Jakarta, namun tetap saja share pengguna social media di Jateng tidak boleh diabaikan. Atas pertimbangan itulah tim sukses para kandidat Calon Gubernur mulai serius menggarap potensi pemilih melalui social media.

Lalu apa ukuran sebuah “pertempuran” udara bisa dimenangkan? Ya, jelas ukurannya adalah sejauhmana cagubnya mampu diingat (popularitasnya tinggi) oleh pengguna social media, khususnya berkaitan dengan hal hal baik. Tingkat popularitas, persepsi yang baik tentang cagub yang diusung adalah tujuan dari sebuah perang udara ini. Dan Politicawave adalah lembaga yang merekam percakapan antar pengguna social media mengenai cagub cagub ini. Dan politicawave mencatatkan hasil rekamannya dalam bentuk garfik-grafik yang mudah dipahami. Politicawave masih menjadi rujukan utama, dan juga Politicawave masih menjadi alat ukur sejauhmana dan sebanyak apa para kandidat diperbincangkan di social media. Apakah perbincangannya berkait dengan hal positif atau negative juga bisa diukurnya.

Untuk “menguasai” Politicawave ini berbagai cara ditempuh oleh timses kandidat. Karena yang diukur adalah perbincangan yang berkait dengan nama kandidat biasanya timses akan meretweet berita atau hal-hal positif kandidat, sebaliknya hal-hal negative kandidat akan diretweet timses lawan. Mencermati “perang” udara ini saya agak tergelitik ketika beberapa timses mengerahkan akun bot untuk memanipulasi percakapan di social media. Apa itu akun bot? akun di twitter atau social media lainya yg dimasukin aplikasi sehingga bisa nge twit secara otomatis dan terus menerus. Kalau kita lihat pada papan Realtime Conversation Politicawave misalnya, bisa dengan jelas kita lihat mana akun bot dan akun asli. Akun bot twitnya mengulang ulang dan twitnya garing dan materi twitnya pun itu itu saja, dan secara terus menerus, karena di timer untuk bisa ngetwit beberapa menit sekali.

Menggunakan akun bot mungkin akan menguntungkan sesaat, karena perbincangan tentang kandidatnya akan terekam lebih sering dan lebih banyak di politicawave. Akun bot merupakan cara singkat menaikan popularitas kandidatnya. Namun twit yg tidak terkonsep dan cenderung garing dari akun akun bot akan menjadi boomerang, karena warga social media juga cerdas dalam melihat hal ini, ingat bahwa interaksi dalam sebuah perbincangan di social media lebih bernilai untuk menyakinkan calon pemilih. Dan akun bot tidak bisa lakukan itu.

Besar harapan saya pada Politicawave dalam hal penyajian informasi yg akurat mengenai pesta demokrasi dan perbincangan mengenai kandidat di media social. Akun-akun Bot hanya jalan pintas dari timses untuk menaikan popularitas kandidat dan akan mengurangi akurasi data yg disajikan Politicawave. Karena itu akun akun bot sudah saatnya untuk diblokir dan tidak dihitung sebagai sebuah perbincangan. Sebagai alat ukur harapan saya media ini bisa terus fair dalam merekam setiap percakapan yang ada. Mungkin dulu kita pernah punya harapan lebih terhadap lembaga-lembaga survey berkait dengan informasi mengenai elektabilitas kandidat, tapi apa lacur ketika lembaga-lembaga survey menampilkan data-data yang konon pesanan maka pelan tapi pasti kepercayaan kepada lembaga survey mulai memudar. Dan saya akan sangat senang jika politicawave tidak akan mengikuti “jejak” buruk lembaga survey yg menampilkan data pesanan. Teruslah fair menyajikan data yg akurasinya tinggi. Salam hangat penuh semangat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun