Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Jika Asian Games ibarat Kondangan

21 Juli 2018   16:41 Diperbarui: 22 Juli 2018   00:00 2530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegelisahan tokoh olahraga yang sama-sama menjadi Panpel ini menular ke tengah-tengah kami sesama anak negeri yang terbilang sebagai "tim kelas dua" dalam pelaksanaan Asian Games, yang kebetulan sedang ngopi bareng beberapa malam lalu.

Sampai kemudian, saya sendiri sempat mengusulkan, bagaimana caranya agar dari Presiden sampai Menteri Olahraga, akhirnya juga harus turun tangan hingga ke level itu? Mengurus hingga melakukan rekayasa untuk menciptakan atmosfer sedetail itu? 

Satu sisi  melibatkan Presiden hingga ke urusan-urusan begitu, terkesan aneh. Bagaimana tidak, selama ini Presiden sendiri terlihat sudah berinisiatif memberikan arahan sampai dengan turut menciptakan gegap gempita dengan caranya, baik mengumpulkan berbagai pihak untuk memastikan Asian Games berlangsung dengan sesempurna mungkin, sampai dengan meng-endorse agar rakyatnya mau melihat bahwa dalam ajang ini ada pertaruhan nama Indonesia. Menjadi penentu apakah nama negeri ini akan dibicarakan dengan "mulut wangi" atau hanya jadi gunjingan orang-orang pulang kondangan.

Di sisi lain, saya juga terpikir, akan luar biasa jika pemerintah pusat dan pemerintah daerah pun sama-sama terlibat untuk membuat Asian Games bisa terlihat semeriah mungkin. Misal saja, pemerintah pusat meminta pemda dari semua daerah untuk mengirim kelompok seni sampai dengan mengirim kalangan pemuda, untuk turut meramaikan venue demi venue.

Misal saja, satu venue dikitari lagi dengan berbagai kegiatan budaya daerah. Terasa lebih "wah" jika lewat venue ke venue, ada warna daerah yang bisa diperlihatkan kepada para atlet hingga penonton dari berbagai negara yang datang. Selain juga, saat pertandingan berlangsung, jika kekurangan penonton, anak-anak muda dari daerah yang didatangkan bisa turut meramaikan area pertandingan.

Apalagi Jakarta dan Palembang (termasuk beberapa venue di Jawa Barat), adalah tiga daerah yang sejatinya tidak mudah dikunjungi oleh peminat yang ingin turut menyaksikan ajang bersejarah tersebut. Sekadar mengandalkan apa yang disiarkan di TV, tentu saja berbeda gaung dan impact bagi yang menyaksikannya. Di sinilah, Pemda di berbagai daerah bisa mengirimkan anak-anak muda mereka untuk didatangkan ke berbagai venue yang ada.


Di sana, mereka bisa memperkenalkan budaya mereka, entah lewat pertunjukan seni tertentu, memamerkan khasanah budaya atau industri tertentu, sampai dengan turut memeriahkan perjalanan pertandingan demi pertandingan. Di luar venue mereka bisa beraktivitas bermacam-macam untuk menonjolkan budaya mereka, di dalam venue atau stadion, mereka bisa turut memeriahkan pertandingan--terlepas laga yang berlangsung adalah dua negara lain dari tim-tim tamu.

Tanpa merekayasa seperti itu, stadion dan berbagai venue hanya akan ramai dan meriah ketika Indonesia bertanding. Di luar itu, bukan tidak mungkin, stadion-stadion dan berbagai venue tadi akan sepi, tanpa ruh, dan hanya menjadikan Indonesia sebagai bahan gunjingan karena bisa saja dianggap berlepas tangan untuk membuat Asian Games tetap "menyala" dari awal sampai akhir.

Sudahlah di Jakarta sempat muncul dagelan dari Pemda di sini karena cerita bambu dan bendera tamu yang dibenarkan karena dalih inisiatif rakyat kecil. Walaupun dagelan ini sama sekali tidak elok, karena di sini ada pertaruhan nama negara--bukan Jakarta saja. Harapan anak-anak negeri yang ingin nama negeri ini harum; setelah Asian Games, nama Indonesia bisa dibincangkan di pentas dunia dengan aroma dan irama menyenangkan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun