Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Inspirasi dan Energi Mbok Jamu di Pagi Hari

16 Juli 2018   16:26 Diperbarui: 18 Juli 2018   02:06 2836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Indonesiakaya.com

Setiap kali ke pasar untuk menemani istri berbelanja di pagi hari, ada hal yang paling gemar saya lakukan, yakni berusaha membuka mata dan telinga sebaik mungkin. Melihat ekspresi demi ekspresi para pedagang sampai dengan menyimak bagaimana mereka meladeni pembeli dengan berbagai macam tingkah tersendiri.

Salah satu pasar yang sering saya sambangi berada di satu kelurahan, di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sambil menunggu istri berbelanja, terkadang saya mencari salah satu penjual jamu yang berada di dekat salah satu rumah tidak berpenghuni. 

Maklum, pasar ini bisa dibilang semacam pasar kaget, lantaran aslinya hanya lingkungan hunian yang kebetulan masih menyisakan lahan kosong. Lahan inilah yang dimanfaatkan puluhan pedagang kecil untuk mereka menggantungkan impian besar untuk selalu bisa menafkahi keluarga sehari-hari.

Dari tempat Mbok Jamu yang menjadi langganan saya itulah, acap saya arahkan mata ke kerumunan pembeli.

Mbok Jamu ini sendiri telah berusia 70-an tahun, dan masih terlihat penuh energi. Ia masih sangat bertenaga membawa bahan jamu dagangannya meski memiliki berat---saya taksir---sekitar 20 kiloan.

Sambil mengamati para pembeli dan pedagang di sekeliling, Mbok Jamu inilah yang menjadi teman saya untuk mengobrol seraya menunggu istri selesai berbelanja. Ia bercerita banyak tentang perjalanannya menekuni pekerjaan sebagai tukang jamu, hingga bisa menafkahi keluarga, sampai dengan membesarkan anak-anaknya dengan baik hingga mereka dapat menamatkan kuliah.

Dipikir-pikir, jamu dagangan Simbok ini terbilang murah. Bayangkan, tahun 2018 saja sudah dalam perjalanan menuju akhir tahun, namun Mbok Jamu tadi masih menjual jamunya hanya seharga Rp 3 ribu per gelasnya.

Murah. Mungkin teramat murah. Namun ia juga sangat murah hati dalam berbagi cerita tentang perjalanannya, dari kenapa ia bisa bertahan menjajakan jamu, sementara penghasilan dari sana sekilas tidak seberapa.

"Kadang-kadang, Mas, yang penting bukan soal seberapa besar duit didapat," sekali waktu dia bercerita. "Terpenting, bagaimana kita bisa mensyukuri berapa saja hasil usaha keras kita. 

Perasaan terima kasih kepada Tuhan, terima kasih kepada alam, terima kasih kepada orang-orang baik di sekeliling kita. Rasa terima kasih itu bikin kita merasa punya tenaga besar. Bikin kita merasa punya rasa yakin yang besar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun