Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

U-23 Kalah: Lihat Diri Sendiri, Jangan Mencari Kambing Hitam

30 April 2024   08:34 Diperbarui: 30 April 2024   09:00 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Belajarlah dari publik Korea Selatan. Yang legawa (ikhlas) Instrospeksi diri. Tidak menyalahkan pihak lain. Orang lain, wasit, VAR, dll. Tapi mengakui bahwa dirinya memang memiliki kelemahan, kekurangan, dan ada kesalahan saat Timnas Korea Selatan U-23 kalah adu penalti dari Indonesia.

(Supartono JW.30042024)

Bila kepemimpinan wasit Shen Yinhao, yang didukung wasit VAR, di antaranya, wasit asal Thailand, dianggap oleh publik sepak bola dan media, serta berbagai pihak di Indonesia memiliki andil kekalahan Timnas Indonesia U-23 atas Uzbekistan, maka publik sepak bola Indonesia, wajib belajar kepada publik sepak bola Korea Selatan. Di dalam tim sendiri, baik pelatih, ofisial, dan pemain, juga wajib belajar kepada Korea Selatan.

Lihat dan bacalah berbagai pemberitaan khususnya di media-media Korea Selatan, apakah mereka membicarkan dan menyalahkan VAR seusai ditekuk Indonesia? Apakah mereka menyesesali gol Korea Selatan yang dibatalkan karena VAR?

Masyarakat dan Timnas Korea Selatan U-23 justru instrospeksi diri, melihat diri mereka sendiri. Sadar bahwa tim yang diterjunkan di Piala Asia U-23 kali ini, bukanlah skuat terbaik Korea Selatan. Sehingga, terjadi peristiwa yang tidak pernah mereka pikirkan, kalah dari Indonesia yang hanya berperingkat FIFA 134.

Artinya, kekalahan Korea Selatan atas Indonesia, adalah kekalahan atas kelengahan dan kelemahan yang mereka sadari sendiri.

Sadar diri, membumi, jangan euforia

Untuk itu, publik, media, tim, hingga berbagai pihak di Indonesia, marilah bersikap dewasa seperti Korea Selatan.
Kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Uzbekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024, di Stadion Abdullah bin Khalifa, Senin (29/4) malam WIB, untuk memperebutkan tempat ke final Piala Asia U-23 2024 sekaligus tiket ke Olimpiade Paris 2024, adalah akibat dari kesalahan dan kelemahan Indonesia sendiri.

Lihatlah dua gol kemenangan Uzbekistan. Gol pertama yang dicetak Husein Norchaev pada menit ke-68, apakah bukan andil kesalahan dan kelemahan pertahanan Indonesia? Lihatlah! Aksi gol bunuh diri Pratama Arhan pada menit ke-86, akibat kesalahan dan kelemahan siapa?

Lebih dari itu, publik sepak bola nasional dan berbagai pihak juga wajib belajar lagi tentang hal, bagaimana menjadi orang/pihak yang sadar diri dan membumi. Mampu melihat dan menyadari bahwa diri kita sendiri masih lemah dan banyak kekurangan.

Lebih dari itu, tabiat publik sepak bola nasional dan pejabat Indonesia, sangat gemar bereuforia tanpa melihat kondisi dan fakta bagaimana kedalaman Timnas Indonesia U-23 saat menyambut laga versus Uzbekistan yang berbeda, berkurang pemain, serta tetap stabil dalam keadaan lemah intelegensi dan personality.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun