Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

1445 H (19) Berprestasi dengan Naturalisasi

29 Maret 2024   06:54 Diperbarui: 29 Maret 2024   06:56 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Apakah kemenangan Timnas Indonesia atas Vietnam hasil kompetensi pelatih Shin Tae-yong (STy)? Atau sebab kompetensi naturalisasi? Bila saya ibaratkan STy adalah Kurikukum Pendidikan, lalu pemain naturalisasi adalah guru. Maka, Apakah kemenangan Garuda karena Kurikulum (baca: STy)? Atau karena kompetensi pemain naturalisasi? Sebelum ini, tanpa pemain naturlasasi, apakah STy dapat menang atas Vietnam?

Dari analogi tersebut, dapat disimpulkan, sekompetensi atau sebagus atau sebaik apa pun pelatih/kurikulumnya, bila pelakunya pemain/guru yang menjadi ujung tombak pelaksanaan strategi dan taktikal pelatih/kurikulum tidak kompeten, Timnas tidak bisa menang/pendidikan Indonesia tetap terpuruk.

Haruskah, Nadiem Makarim meniru Erick Thohir, melakukan naturalisasi guru agar Kurikukum Merdeka yang sudah resmi menjadi Kurikulum Nasional mulai tahun ajaran baru 2024/2025, dapat berhasil membuat pendidikan Indonesia naik pangkat, peringkat?

Erick Thohir tidak berpikir mendongkrak prestasi Timnas dengan pendidikan dan pembinaan sepak bola lokal mulai akar rumput, tetapi melakukan jalan pintas mencomot pemain naturalisasi agar sepak bola nasional berprestasi. Karena sadar atas potensi dan kompetensi pemain lokal, yang memang mustahil dapat bersaing sekedar di level Asia Tenggara. Meski ada pembinaan dan kompetisi. Akan lama dan bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, menunggunya.

Bila Kurikulum Merdeka yang sudah menjadi Kurikulum Nasional, tetap dengan ujung tombak lokal, dan ujung tombaknya tidak diasah dengan benar dan baik, bagaimana?

Untuk itu, di hari ke-19 ibadah Ramadan 1445 Hijriah ini, mari kita berdoa,  
"Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini lebih bisa menikmati berkat-berkat-Mu dan mudahkanlah jalan-ku untuk mendapat kebaikan-kebaikannya. Jangan Engkau haramkan aku untuk menerima kebaikan-kebaikannya. Wahai Pemberi Petunjuk kepada jalan yang terang."

Dengan doa tersebut, semoga diberlakukannya Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Nasional, kita semua khususnya dan umumnya dunia pendidikan Indonesia, senantiasa dapat menikmati keberkahan dan dimudahkan mendapat kebaikan, dan tidak diharamkan untuk menerima kebaikan-kebaikan dan petunjukNya. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun