Salah satu pertimbangan terbesar untuk pulang adalah karena ibu dan letak rumah keluarga kami.  Di desa letak rumah keluarga kami, sedikit termarginalkan yaitu berada diatara hamparan lahan perasawahan yang jarang penduduk, meskipun  notabenya berada dipinggir jalan raya utama.Â
Akan tetapi ditanah tersebut hanya ada beberapa rumah saja yang ditempati. Misalnya jika ingin bermain ke tetangga sebelah kanan harus melewati satu petak sawah yang lebarnya sekitar tiga meter, dan jika bertamu ketetangga B sebelah kiri harus melewati tiga petak sawah.Â
Selain itu, pekerjaan ayah saya yang memekasanya jarang pulang dan adik saya satu-satunya berencana menuntut ilmu di luar kota. jadi saya memilih pulang untuk tidak membiarkan ibu saya hidup sendiri dirumah.
 Bagi saya jika bukan hari ini, lantas kapan lagi kita akan berbakti. selagi orang tua masih ada, selama suaranya masih bisa kita dengar, senyumnya masih bisa kita lihat lantas tidak ada salahnya jika kita menuruti apa yang menjadi inginya.
 Dulu saya dan teman-teman seperjuangan seperantau  selalu berkata bahwa kita pergi untuk berjuang dan pulang untuk berbakti.Â
Mungkin inilah saatnya, ketika harus pulang untuk berkati. Pertama yang harus dilakukan adalah berbakti kepada orang tua. Setelah itu berbakti kepada bangsa biar Tuhan yang mengatur. Bukan berati tidak tanpa usaha