Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ironinya Perilaku "Nyampah" Pada Masyarakat

4 Desember 2019   22:39 Diperbarui: 4 Desember 2019   22:36 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu bagaimanakah solusi untuk menyelesaikan permasalahan klasik ini?

Sebenarnya ini adalah masalah attitude atau kebiasaan buruk dari masing-masing individu masyarakat karena kurangnya kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Bebagai alasan masyarakat untuk menjustifikasi diri atau membenarkan diri bahwa masyarakat membuang sampah sembarangan karena kurangnya atau tidak adanya fasilitas tempat sampah ataupun beragam alasan lainnya.

Adanya lahan kosong yang dimanfaatkan masyarakat umum untuk membuang sampah/limbah rumah tangga dan ironisnya daerah aliran sungai yang ujungnya bermuara ke laut hingga bibir pantai dijadikan tempat "nyampah" Masyarakat.

Dampak banjir, dampak penyakit dan lain sebagainya dari kebiasaan buruk ini pun sudah tidak dihiraukan lagi oleh sebagian  masyarakat.

Padahal pemerintah telah berupaya menyediakan tempat sampah, namun tidak ada kesadaran sejak dini masyarakat tentang arti pentingnya kebersihan. Tetap saja sampah berceceran di mana-mana bahkan tempat sampah justru rusak, spanduk tentang kebersihan di mana-mana tanpa adanya penegakan aturan.


Solusinya adalah kembali dari kesadaran diri dari masyarakat bagaimana perduli kepada lingkungan, masyarakat seyogianya dapat menumbuhkembangkan kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan di manapun berada.

Boleh juga menghadirkan bank sampah di lingkungan sekitar. Bank sampah dapat dikelola per wilayah, misalnya lingkungan RT atau dari program kampus. Setiap warga dapat mengumpulkan sampah domestik sendiri, lalu dipilah dan ditukarkan dengan uang.

Ataupun menggalakan pertemuan-pertemuan bulanan warga dalam kegiatan kerja bakti kebersihan, lomba kebersihan dan kampung hijau, memasang spanduk tentang kebersihan/membuang sampah pada tempatnya di areal RT/RW, menempel artikel terkait di papan pengumuman dan lain-lain sebagainya.

Sementara itu pemerintah dapat mempertegas Peraturan Pemerintah, Peraturan daerah serta UU terkait lingkungan yang harus benar-benar diimplementasikan kepada masyarakat.

Bila perlu dengan pemberian sanksi kepada masyarakat yang ketahuan nyampah sehingga lambat laun kebiasaan buruk "nyampah" akan terkikis, karena bila pemerintah acuh tak acuh, tidak peduli hanya sekadar menyediakan sarana prasarana, fasilitas ini itu tanpa ada kontrol, pemantauan, evaluasi dan penegakan aturan maka masyarakat pun juga akan seenaknya berbuat karena dianggap hal sepele.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun