Mohon tunggu...
M Ainussifak
M Ainussifak Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UINSA Surabaya, yang sekarang menginjak semester lima. Tertarik dengan dunia fiksi. Senang berdiskusi perihal kemashlahatan negara bahkan dunia. Dunia menulis menjadi sarana yang di minati untuk menuangkan inspirasi dan kegundahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebiasaan Kita yang Menghambat Kemajuan Perekonomian Negara

22 Juli 2019   06:30 Diperbarui: 22 Juli 2019   07:05 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: luckycaesar.com


Hari Minggu adalah hari dimana biasanya akses jalan tertentu akan di tutup dan di gunakan sebagai sarana untuk melakukan aktifitas seperti jalan santai, bersepeda, ataupun aktifitas olahraga lainnya pada pagi hari. Orang-orang biasa menyebutnya "Car Free Day" dimana kendaraan mobil ataupun sepeda motor di larang untuk beroprasi di jalan tertentu. 

Pada suatu Minggu ketika aku berjalan-jalan di daerah kota tempat tinggalku dimana jalannya khusus di gunakan untuk sarana car free day, aku menemui berbagai macam pedagang yang sedang berjualan di samping jalan. Makanan, minuman, aksesoris, bahkan pakaian pun di jual di sana. 

Memang ini adalah momen yang tepat untuk berjualan karena banyak orang di sana yang sedang melakukan aktifitas pagi hari. Suasana di sana memang sangat ramai dengan antusias warga yang kebanyakan libur kerja atau libur sekolah d har minggu. 

Salah satu yang menjadi perhatianku di sana adalah pada berbagai pedagang pakaian yang sedang berjualan. Ada banyak pedagang yang menjual berbagai macam pakaian di sana. Namun ada salah satu pedagai pakaian yang begitu ramai di kunjungi oleh orang-orang. Di tempat itu tertuliskan diskon harga yang cukup menarik dari 10% sampai 50%. Aku mencoba  mencoba untuk menengok pakaian yang begitu ramai di datangi itu. 

ketika aku melihat harga dari salah satu pakaian di sana, "Waw", harganya hamper 2 kali-lipat dari harga pada umumnya. Kemudian aku melihat merek pakaian itu. Oh ternyata itu adalah pakaian impor. 

Memang bahan pakaiannya mempunyai kualitas yang cukup tinggi. Tapi yang begitu di sayangkan adalah kecenderungan masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi produk impor dari pada produk dalam negeri.

Sepenggal cerita di atas dapat menarik kesimpulan bahwa masih banyak masyarakat kita yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi produk impor. Memang itu adalah hak setiap individu untuk memilih apapun yang di sukai. Namun di balik itu, ada suatu kekurang yang akan mengakibatkan suatu hambatan dalam pertumbuhan perekonomian negara. 

Hal ini di karenakan jika kita cenderung membeli produk impor, maka yang terjadi adalah daya jual produk dalam negeri akan melemah. Dengan kata lain dapat di katakana bahwa kebiasaan mengkonsumsi produk impor akan mengakibatkan produktifitas industry dalam negeri akan semakin menurun karena kalah dalam persaingan pasar. 

Bisa jadi jika hal ini terus berlanjut, maka yang terjadi adalah banyak industri yang bangkrut karena produknya yang kurang di minati. Lantas apakah kita bias menyalahkan orang-orang yang mengkonsumsi barang impor? Tentu tidak. Itu karena mereka yang mengkonsumsi produk impor menganggap bahwa kualitas barang yang mereka beli cukup tinggi dan memuaskan. 

Lalu apakah kualitas produk pada industri dalam negeri tidak bias menyaingi kualitas produk impor? Tentu saja sangat bias. Bagaimana caranya? Akan di jelaskan pada penjelasan di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun