Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis (Fiksi yang Bagus) Itu Susah [Bagian 3]

9 Desember 2019   23:39 Diperbarui: 10 Desember 2019   22:24 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membaca karya fiksi (sumber: pixabay.com)

Saya sendiri tidak terlalu memusingkan nama-nama tokoh pada naskah-naskah yang saya pegang. Saya menganggapnya sebagai hak prerogatif si penulis. Saya baru akan ikut campur jika si penulis menyematkan nama aneh untuk tokohnya.

Aneh di sini bisa berarti banyak hal. Mungkin set waktu dan lokasinya tidak pas. Misalnya set tahun enam puluhan di Indonesia, tetapi memakai nama kekinian. Bisa juga karena asal-usul atau leluhur si tokoh kurang sesuai. Keturunan raja atau bangsawan biasanya punya aturan tertentu dalam pemberian nama. 

Jika terjadi penyimpangan, tentu ada alasan tertentu yang bisa jadi detail menarik untuk naskah kalian. Atau, jika si tokoh dinamai persis seperti seorang figur publik, bisa jadi karena orang tuanya memiliki kenangan tertentu dan ingin anaknya sesukses si figur publik.

Seorang wanita Kaukasia bernama Deborah atau Amanda mungkin terdengar lazim, tetapi bagaimana jika dia bernama Ajeng atau Dewi atau Laras? Kalian tidak bisa asal memakai nama tersebut hanya karena kalian suka. 

Tentu ada alasan tertentu yang melatari munculnya nama tersebut untuk seorang wanita Kaukasia. Ini bisa jadi cerita. 

Misalnya, si tokoh tengah berselancar di internet dan menemukan sebuah video tentang budaya Jawa. Ia memutuskan untuk mempelajari topik tersebut, mendalaminya langsung di Indonesia. Ketika belajar, ia menemukan nama-nama gadis Jawa yang menarik minatnya, lalu memilih salah satu untuk dirinya sendiri.

Sama halnya dengan nama panggilan si tokoh. Kalian bisa saja --- jika perlu --- menyiapkan satu bab khusus membahas nama panggilan. Bagaimana bisa sampai nama panggilan itu muncul? 

Biasanya berkaitan dengan masa kecil si tokoh. Siapa saja yang memanggil si tokoh dengan sebutan itu? Apakah ada nama panggilan lain ketika si tokoh beranjak remaja/dewasa? Banyak hal yang bisa diceritakan.

Nama tidak mesti harus sesuai dengan karakter si tokoh. Misal si tokoh adalah gadis manis nan kalem. Rata-rata karakter seperti itu akan dinamai Linda, Putri, Wulan atau nama-nama yang senada. 

Akan tetapi, bagaimana jika kita namai si gadis manis ini dengan Tristan atau Rama? Seperti nama cowok, ya? Tidak apa-apa, asal ada latar belakangnya.

Menarik, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun