Entah, ia sudah menjadi manusia 'benar'---yang lebih baik atau tidak. Itu bukan hak saya untuk 'menjudge' seseorang. Lha wong saya hanya butiran debu dan tercipta dari air yang hina bukan kapasitas saya untuk 'menjudge' seseorang. Bukan begitu? Halnya Anda  membaca tulisan saya ini jangan 'menjudge' dulu ya. Apalagi 'menjudge' tulisan ini ghibah. Itu terlalu lebay!
Anda tahu tidak tingkatan kerusakan iman seseorang 30 kali lipat dari dosa besar berzina adalah ghibah! Jadi hati-hati bila mengatakan sesuatu hal tentang ghibah jika belum tahu seperti apa ghibah itu. Untuk itu lebih baik diam. Karena diamnya seorang yang alim adalah diam bukan pintar bersilat apalagi berdiplomasi. Â Â
Maka dari itu saya ingin tanya dengan Anda apa sih arti reuni menurut Anda? Mungkin jawabannya berbeda-beda tapi tujuannya sama. Tapi saya tidak begitu saja untuk mengartikan dari soal hanya sekedar tahu. Tapi perlu lebih ilmiah tentang pengertian alumni. Bukan asal keluar dari mulut tanpa pertanggunganjawaban. Itu salah!
Reuni merupakan serapan dari bahasa Inggris reunion yang akar katanya berasal dari Yunani. Reuni berasal dari dua akar kata yaitu re dan uni (union) berarti berserikat atau berkumpul. Reuni berarti kembali berkumpul.
Namun menurut KBBI mengatakan seperti ini; reuni/re*u*ni/ /runi/ n pertemuan kembali (bekas teman sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya) setelah berpisah cukup lama. Dalam KBBI ini, juga disebutkan sinonimnya dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab yaitu ihtifal. Tetapi sinonim reuni ini (ihtifal) sangat jarang digunakan dalam bahasa Indonesia akhir-akhir ini.
Namun sayangnya pengertian 'reuni' kadang tidak sesuai---dengan semestinya. Tidak murni untuk bertemu kembali. Ada 'misi' di dalamnya saat datang ke acara itu. Tidak perorangan. Tapi umumnya seperti 'arti' reuni yang murni dan bersih kadang 'disalahgunakan'. Entah, itu teman sekelas atau juga teman seangkatan. Di sana akan terlihat sifat asli bagi yang ikut reuni. Untuk apa datang ke acara itu? Â Hanya dia yang tahu dan Tuhan yang menciptakannya. Tapi bisa dijuga dilihat dari gaya, ucapan dan cara datang ke acara itu.
Innamal A'malu Binniyat!
Oh, itu sudah jelas! Sudah pasti! Setiap apa pun manusia melakukan hal apa pun, sudah pasti tergantung dari niatnya. Â Lagi pula niat itu bentuknya abstrak. Tidak bisa dilihat oleh kasat mata.
Apalagi, toh hanya niat saja sudah dicatat oleh Rokib dan Atid. Walaupun itu baik atau tidak. Ataupun, niat itu sebiji sawi tetap saja dicatat! Jadi jika ada manusia melakukan sesuatu hal. Sudah pasti punya niat.
Seperti saya menulis artikel ini juga punya niat. Entah, niat saya menulis ini baik atau tidak. Hanya saya yang tahu dan Sang Khalik! Jika ada yang merasa baper. Atau, tidak suka dengan artikel saya ini. Saya tidak memasalahkan itu.
"Sebab tugas penulis adalah menulis! Terserah pembaca yang menafsirkannya. Tugas saya hanya menulis..."