Mohon tunggu...
Iya Oya
Iya Oya Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki

90's

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Visi Baik Itu Terbentur Kepentingan!

1 Juni 2017   14:14 Diperbarui: 1 Juni 2017   18:39 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: griyaquran.org

Melihat konstelasi sosial saat ini, saya masih yakin dan berpikiran positif bahwa di dalam diri kita masing-masing masih ada niat untuk berbuat baik; apakah itu untuk kemajuan bangsa yang relevan dengan soal pengetahuan, peradaban, maupun dalam konteks yang lebih luas. Saya yakin kalau visi-visi kebaikan itu masih bersemayam di dalam diri kita.

Zaman saat ini memang makin dimudahkan oleh perkembangan teknologi. Eksistensi personal makin bisa disaksikan dimana setiap orang berpotensi merasa dirinya sebagai orang penting. Tak apa, itu bagus. Masalahnya, eksistensi di sini bukan bermakna hanya sekedar aktivitas pingin nampil, pingin dilihat atau bahkan pingin terkenal. Melalui apapun, apakah itu video, blog dan lain sebagainya, seseorang bisa memanifestasikan visi kebaikan tersebut dalam sebuah karya. Ya, saya kira kita harus merasa diri kita sebagai orang penting, dalam arti yaitu mengikutsertakan diri dalam persoalan-persoalan kehidupan.

Sayang memang kalau aktivitas pingin nampil seperti itu tidak diikuti dengan keikutsertaan dalam membangun kebaikan. Bukannya setiap orang bisa berkontribusi dengan cara dan keahliannya masing-masing?

Niat seseorang memang berbeda-beda. Kalau ada orang yang ingin berbuat kebaikan dengan cara berbagi pengetahuan tapi kemudian dihalang-halangi oleh aspek komersil, ini merupakan hal klise yang menjadi tantangan. Sulit memang ketika kita sudah bicara untung-rugi. Kalau penilaian untung-rugi sudah menjadi asas bagi hal-hal kebaikan, saya jadi bingung lantaran orang-orang semacam itu seolah-olah dihalang-halangi niatnya. 

Apa namanya? Kebaikan yang menjual? Atau, menjual kebaikan? Tidak, saya rasa bukan menjual kebaikan. Bagaimana bisa kita menjual kebaikan sedangkan kebaikan dan niatnya merupakan suatu kemurnian atau suatu keikhlasan yang tak boleh terdistorsi oleh kepentingan-kepentingan apapun? Dalam arti, kalau memang mau memberi ya memberi saja tanpa pretensi atau tendensi. Apalagi kalau kedepannya sudah berimplikasi pada persoalan eksistensial pribadi, saya rasa orientasinya sudah tak lagi murni.

Kalau memang kehendak kita untuk memberi atau bahkan untuk mengubah keadaan itu dihalang-halangi oleh siapapun demi kepentingannya, saya rasa itu merupakan perjuangan manusia. Contohnya saja, ketika seseorang ingin berbagi pengetahuan melalui sebuah tulisan atau buku, maka dia akan bersusah payah melewati penolakan-penolakan dari berbagai media cetak atau penerbit yang mungkin penolakan itu lebih sering didapatnya ketimbang ditolak cewek-cewek. Apa alasannya? Bisa beragam; apakah itu karena tidak menarik atau karena tidak menjual. 

Ini dalam kasus yang tidak begitu serius. Dalam sejarah sendiri kita bisa saksikan sudah berapa banyak orang-orang yang melakukan suatu gerakan revolusi demi kebaikan bangsanya di atas ketidakberesan politis. Nah, di sini baru kasusnya lebih serius. Dan penghalangnya bukan nilai komersil melainkan sudah soal kepentingan penguasa.

Tapi saya pikir, hal-hal demikian memang lebih baik daripada visi kebaikan itu sama sekali tidak ada pada diri kita. Kita mau berbuat apa di dunia ini? Apakah kita hanya menjalaninya saja dan menikmati hidup? Kita tentu punya orientasi karena kita juga tahu soal nilai-nilai baik-buruk, benar-salah. Kecuali, kalau saja orientasi nilai-nilai tadi telah tertutupi oleh berbagai aspek-aspek yang menidurkan diri kita sehingga malas untuk bangun dan melihat sekitar, saya kira itu sudah lain soal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun