Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Warkop Mak Semprul] Bojoku Ketikung

1 Mei 2017   09:01 Diperbarui: 1 Mei 2017   09:21 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

"Mak, kopinya satu!" kata Guntur seraya menghempaskan pantatnya ke kursi panjang.

"Yang pahit ya Mak! Kalo perlu tambahin peresan daun pepaya biar tambah nampol pahitnya!" katanya lagi, tangannya menyomot tahu mercon dari piring gembreng titipan jeng Tia.

Eyke menoleh sekilas, wajah pemuda itu buthek bener kek habis kesirem air comberan.

"Nape lo Tong? Ntu muke kucel amat?"

Bukannya ngejawab tu bocah malah nyengir sambil huh huh hah hah kepedesan. Keringetnya membanjiri muka, bikin tambah ngenes aja nampaknya.

Jam di dinding warkop masih menunjukkan pukul lima sore, pantes aja ni warkop sepi. Eyke nyeduh sendiri kopi item yang eyke impor langsung dari lereng gunung Sindoro ( eeehhh kalo impor bukannya dari luar negri yak? Hais apalah itu, pokok eyke minta dikirim langsung dari bos kopinya). Kali ini sengaja eyke saring kopi dari ampasnya.

Sembari nunggu pelanggan lain, eyke ikutan ngopi bareng Guntur bujang bangkotan yang kadang nyambi jadi biduan smule itu.

"Apaan tu Mak? Kok dicampur kopi?"

"Tape ketan!"

"Jiah trus gimana rasanya? Baru lihat ada kopi dicampur tape!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun