Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cincin Retak

1 Juni 2017   08:55 Diperbarui: 1 Juni 2017   09:05 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sini masih ku lihat rasa yang sama, membatu bak karang, hempaskan selaksa harap mekar dalam sukma. Setumpuk kenang menggenang di sudut hati, terus berdendang tentang smara tantra yang pernah kau bisikkan.

Di batas cakrawala, terlukiskan bayang wajahmu di antara bunga-bunga malam memangku rindu. Sia-sia, karna seringai luka menyeruak pada refleksi senyummu. Begitu pedih, bak pisau bermata dua yang pisahkan rasa dan logika.

Bodohnya aku tetap menunggumu, mematung di antara sketsa hitam yang tercetak pada awan-awan. Kelam... Sekelam masa depan yang kau janjikan atas nama cinta berbalut dusta. Luruh sudah senyum kemuning harap seluruh-penuh. Rindukan lelaki purnama yang kian menjauh.

#poeds 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun