Mohon tunggu...
Sarah Raharja
Sarah Raharja Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mitos Menonton Televisi Terlalu Dekat Dapat Merusak Mata

14 Agustus 2018   19:13 Diperbarui: 17 Agustus 2018   21:11 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada zaman modern ini, banyak alat-alat elektronik yang selalu dikembangkan untuk menunjang kehidupan manusia, salah satu contohnya yang paling umum adalah televisi. Televisi merupakan salah satu alat elektronik yang berfungsi untuk memberikan hiburan, berita, informasi, dan bahkan edukasi bagi umat manusia yang disajikan secara audio dan visual.

Penggunaan alat elektronik seperti televisi semakin meningkat dalam beberapa lama ini.1 Tak sedikit pula orang yang suka duduk diam terpaku menatap televisi dalam waktu yang lama hingga seperti kecanduan. Banyak pula orang yang tak sadar bahwa mereka sering menonton televisi dari jarak yang terlalu dekat. Hampir semua orang di dunia ini juga pernah menonton televisi dengan cara yang sudah diebutkan di atas.

Sering kali kegiatan menonton televisi dalam jarak terlalu dekat dikaitkan dengan munculnya penyakit-penyakit pada mata, seperti halnya miopi.1 Hal ini juga dihubungkan dengan adanya pancaran radiasi dan sinar biru dari layar televisi.

Sinar biru memiliki sejumlah energi fotokimia―energi yang memiliki kaitan dengan terjadinya sifat-sifat fisik dan reaksi-reaksi kimia seperti isomerisasi yang terjadi karena dipengaruhi oleh adanya sinar ultraviolet ataupun sinar yang tergolong dalam cahaya tampak―yang tinggi hingga dapat menyebabkan bahaya pada retina yang bisa diasosiasikan dengan degenerasi mata.1,2 Sinar biru dengan tingginya energi fotokimia yang dimilikinya dapat menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel pigmen retina pada mata apabila dipancarkan dengan sumber cahaya berintensitas tinggi melalui layar alat elektronik, seperti contohnya televisi. Namun, sinar biru tetap dapat menginduksi adanya Reactive Oxygen Species (ROS)―spesi oksigen yang terbentuk karena terjadinya reduksi sebagian dari oksigen dalam proses fosforilasi oksidatif di mitokondria yang terjadi secara endogen hingga memiliki gugus hidrogen peroksida (H2O2), anion superoksida (O2-), dan hidroksil radikal (HO)―dan apoptosis pada sel-sel retina mata walaupun hanya berintensitas rendah.1,3

Diadakan uji coba pemberian sinar biru dalam intensitas tertentu pada beberapa ekor kelinci. Hasilnya, ada alterasi yang terdeteksi pada jaringan chorodial, retina, dan scleral yang dapat dilihat melalui mikroskop elektron, mikroskop cahaya, dan imunohistochemistry yang merupakan pengaplikasian atas teknik monoklonal yang digunakan untuk menentukan penyebaran jaringan-jaringan terhadap distribusi antigen.4,5

Radiasi yang terpancar dari layar televisi juga membawa pengaruh bagi tubuh. Berdasarkan sebuah penelitian, terpaparnya manusia oleh radiasi elektromagnetik dengan frekuensi 1 kHz dengan dua intensitas dan dua jarak yang berbeda, yaitu 150 V/m pada jarak 30 cm dari pengamat dan 220 V/m pada jarak 15 cm dapat memberikan efek pada trombosit darah terutama pada bagian metabolisme oksigennya. Hal ini bisa menyebabkan disfungsi fisik pada manusia.6

Berdasarkan studi penelitian lainnya yang melibatkan lensa mata epitel secara in situ, setelah lensa-lensa tersebut dipaparkan radiasi elektromagnetik secara berkala, terjadi penurunan kualitas optik lensa yang juga diikuti dengan bahaya morfologis dan biokimia yang irreversible pada lapisan sel epitelium lensa. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa radiasi elektromagnetik membawa efek negatif bagi lensa mata dan dihubungkan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya katarak.7

Secara singkat, menonton televisi sudah menyebabkan banyak dampak negatif bagi mata.

Menonton televisi terlalu dekat berarti membiarkan mata melakukan akomodasi maksimum selama beberapa saat. Saat mata melihat benda-benda yang terlalu dekat, garis equator lensa mata menjauh dari sclera dan otot siliaris mata berkontraksi, zonular (kemampuan akomodasi mata saat otot siliaris mata berkontraksi sebagai bentuk respon atas stimulasi relaksasi serta stimulasi parasimpatetik), dan lensa pun menjadi lebih cembung karena sifat elastisitasnya, kekuatan uptik pun meningkat, panjang diameter lensa mata berkurang, dan diameter bagian anteroposteriornya bertambah.8,9 Apabila otot siliaris dibiarkan kontraksi terlalu lama, mata akan terasa lelah dan biasanya ditandai dengan kedutan-kedutan jinak. Hal ini dapat menjadi berbahaya apabila diikuti dengan berkurangnya kemampuan otot dan otrofi otot.10

Menonton televisi dari jarak yang terlalu dekat jelas dapat merusak mata. Apabila dilakukan secara berkelanjutan, aktivitas ini dapat mendatangkan penyakit-penyakit lain seperti otrofi otot dan berkurangnya kemampuan otot. Hanya saja, efek negatif yang timbul dari aktivitas menonton televisi terlalu dekat bukanlah efek dari sinar biru yang dipancarkan layar televisi, namun pengaruhnya ada pada otot mata yang dipaksa untuk berakomodasi maksimum dalam waktu yang lama.


 

REFERENSI

1. Moon J, Yun J, Yoon YD, Park SI, Seo YJ, Park WS, et al. Blue light effect on retinal pigment epithelial cells by display devices. Integr Biol (Camb) [Internet]. 2017 May 22 [cited 2018 Aug 12]; 9(5):436-43. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28386617

2. Reusch W. Photochemistry [Internet]. 2013 May 5 [cited 2018 Aug 13]. Available from: https://www2.chemistry.msu.edu/faculty/reusch/virttxtjml/photchem.htm

3. Ray PD, Huang BW, Tsuji Y. Reactive oxygen species (ROS) homeostasis and redox regulation in cellular signaling. Cell signal [internet]. 2012 May [cited 2018 Aug 13]; 24(5): 981-90. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3454471/

4. Iseli HP, Korber N,  Karl A, Koch C, Schuld C, Penk A, et al. Damage threshold in adult rabbit eyes after scleral cross-linking by riboflavin/ blue light application. Experimental eye research [Internet]. 2015 Oct [cited 2018 Aug 10]; 139: 37-47. https://remote-lib.ui.ac.id:2067/10.1016/j.exer.2015.07.005

5. Duraian J, Govindarajan R, Kaliyappan K, Palanisamy M. Application of immunochemistry. J Pham Bioallied Sci [Internet]. 2012 Aug; 4(Suppl 2): S307-9 [cited 2018 Aug 13]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3467869/

6. Lewicka M, Henrykowska GA, Pacholski K, Smigielski J, Rutkowski M, Buczynska MD, et al. The effect of electromagnetic radiation emitted by display screens on cell oxygen metabolism – in vitro studies. Arch Med Sci [Internet]. 2015 Dec 10 [cited 23 Aug]. 11(6): 1330–9. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4697066/

7. Bormusov E, Andley UP, Sharon N, Schachter L, Lahav A, Dovrat A. Non-Thermal electromagnetic radiation damage to lens epithelium. Open ophthalmol J [Internet]. 2008 May 21 [cited 2018 Aug 13]; 2:102–106. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2694600/

8. Zhou XY, Wang L, Zhou XT, Yu ZQ. Wavefront aberration changes caused by a gradient of increasing accommodation stimuli. Eye (Lond) [Internet]. 2014 Oct 24 [cited 2018 Aug 13]; 29(1): 115–21. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4289835/#bib1

9. Wati R. Akomodasi dalam refraksi. Jurnal kesehatan Andalas [Internet]. 2018 [cited 2018 Aug 13]; 7(Suppl. 1): 13-8. Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/765/621

10. Jannah R. Gangguan dan kesehatan mata: Guepedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun