Alhamdulillah, telah lahir buku solo kedua saya, judul: Kiai Amplop. Penerbit LovRinz. Tebal: 123 halaman.
 Berisi 15 cerpen pilihan yang pernah dimuat di sejumlah media seperti  Tabloid Nova, Tabloid Genie, Majalah Kartini, Republika, Bangka Pos,  dll.
---
Sinopsis:
Kiai Amplop adalah salah satu judul cerpen yang menjadi judul buku  saya. Berkisah tentang Kiai Baha, sosok kiai muda rupawan yang tak lagi sudi berdakwah di daerahnya sendiri setelah hijrah ke kota besar.  Setelah menjadi kiai terkenal dan sering diundang di berbagai stasiun  televisi, ia jadi sering membanding-bandingkan isi amplop dengan yang  dulu; saat masih berdakwah di kampungnya. Cerpen ini sarat perenungan; bahwa jangan sampai salah niat dalam berdakwah. Memang, berdakwah butuh uang, tapi bukan lantas menjadikannya sebagai tujuan utama.
Cerpen "Menara" berkisah  tentang kegelisahan Kiai Bahrul saat menyaksikan warga kampung  bersepakat membangun masjid yang besar dilengkapi menara yang megah,  sementara masjid lama yang menyimpan banyak kenangan bersejarah harus  dihancurkan.
Cerpen "Kiai Jarkoni" berkisah tentang Kiai Zarkasyi  yang langsung mendapat julukan kiai jarkoni (ngajar tapi tidak  menjalankan apa yang diajarkan) setelah Guplo, salah seorang warga  memergoki Kiai Zarkasyi membopong seorang gadis.
Cerpen "Korupsi"  bercerita tentang keprihatinan seorang guru GTT yang melihat praktik  korupsi begitu membudaya di sekitarnya; para PNS yang suka telat  ngantor, petugas pom yang hobi membulatkan uang kembalian, para kasir  yang sering mengganti uang kembalian dengan beberapa biji permen, dll.
 Cerpen "Pelayat Amplop" berkisah tentang kelicikan Kirno yang selalu  memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan. Saat ada orang meninggal  dunia, ia pura-pura melayat dengan amplop kosong lantas ikut membaur  dengan para jamaah shalat mayit dengan harapan mendapat amplop tempel.
Dan masih ada 10 cerpen pilihan lainnya yang bisa dinikmati langsung di buku tersebut, misalnya cerpen Hati Ibu yang mengisahkan kekecewaan ibu dan anak setelah memergoki ayah tega mendua hati, ada juga cerpen Pilkades, yang sarat perenungan, berkisah tentang kegundahan hati seorang warga saat menyaksikan semua calon kepala desa melakukan aksi kecurangan dll.
----