Mohon tunggu...
Sule Maarif
Sule Maarif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bobotoh penggemar Man United

https://twitter.com/Sule35Arif?s=08

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menantikan Kejutan dari PKS

5 April 2019   05:07 Diperbarui: 5 April 2019   05:21 1482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik membaca ulasan Kompas tentang partai politik peserta Pemilu 2019. Setiap harinya Kompas merilis merilis satu-persatu profil partai sesuai nomor urut mulai tanggal 26 Maret.

Judul tulisan ini pun meminjam judul artikel "Menanti Kejutan Dari PKS" pada tanggal 4 April 2019. Tetapi kejutan yang dimaksud adalah kejutan versi saya sendiri.

Selama bertahun-tahun saya seperti diselimuti PKS. Khususnya sejak Aksi 212 yang menumbangkan Ahok di Pilkada DKI. Di media sosial, dalam hal ini whatsapp saya seakan didominasi teman-teman saya yang simpatisan PKS. Mereka begitu rajin menyuarakan aspirasi politiknya. Satu kata untuk menggambarkan aktivitas mereka di media sosial, militan.

Di saat sekarang pun, di masa kampanye, PKS begitu dekat. Mushola dan dewan takmirnya dengan pengajian mingguannya pun sudah dikuasai PKS. Bahkan kalender dan stiker PKS paling banyak di rumah saya.

Ada sedikit yang mengejutkan, dengan gambaran di atas, hasil survei ternyata tidak serta merta mengunggulkan PKS. Di awal kampanye, elektabilitas PKS cuma berada di bawah ambang batas. Tentu saja hal ini membuat cemas PKS. Sebagian orang, bahkan mantan pentolan PKS Fahri Hamzah menilai PKS bisa saja tidak lolos ke Senayan.

Dua minggu menjelang Pemilu PKS mendapat kabar gembira. Hasil survei beberapa lembaga di antaranya Kompas, PKS meraih 4,5 persen, CSIS 4,6 persen, Charta Politica 5 persen. Dan  bahkan dari Indikator Politik sebesar 6 persen. Elektabilitas PKS ini boleh dibilang di luar dugaan saya.  Tentu saja ini kabar bahagia dan membuat pengurus dan simpatisan PKS tambah optimis.


gesuri
gesuri
Menurut saya PKS terdongkrak oleh simpatisan aksi 212. Sejak sikap politik PBB yang berubah haluan mendukung petahana, para pemilih Prabowo yang punya preferensi agama menjatuhkan pilihan kepada PKS. Padahal kita tahu banyak caleg PBB adalah alumni 212. Dan pemilih yang kecewa dengan PBB lebih memilih PKS dari pada PAN.

Mungkinkah PKS meraih suara sesuai target mereka sebesar 12 persen? Saya sih yakin PKS tidak akan mampu mencapainya.

Saya lebih menantikan kejutan PKS pasca pilpres. Bagaimana nasib PKS nanti?

PKS yang berdiri pada 21 Mei 1998 dengan nama Partai Keadilan (PK) dan mengikuti pemilu tahun 1999. Dengan persiapan yang mepet waktu itu, PK tidak lolos ke parlemen sehingga harus memulai dari nol lagi.

Pada 20 April 2002 PK berganti menjadi PKS, dengan persiapan yang cukup lama, partai yang mempunyai jargon bersih dan peduli ini menjadi partai dakwah yang menekankan pada kaderisasi. Peruntungan yang baik dengan kerja keras membawa PKS lolos ke senayan tahun 2004. PKS bergabung dengan koalisi SBY-JK yang memenangkan kontestasi Pilpres dan membuat PKS menikmati kue kekuasaan di eksekutif.

Suara dan pamor PKS naik hingga semakin diperhitungkan. 10 tahun masa SBY di pemerintahan merupakan masa-masa paling indah dalam sejarah PKS dan menguasai Jawa Barat selama 10 tahun membuat PKS semakin berjaya dengan naiknya suara PKS di Pemilu 2009.

Nasib buruk mulai menimpa PKS dengan banyaknya kader yang terjerat kasus hukum. Kasus suap impor daging Presiden PKS Lutfi Hassan Ishak adalah pukulan terberat PKS, kasus tersebut membuat oleng partai. Sangat tak elok partai yang "menjual" agama kok makan duit haram. Imbasnya kasus sapi ini merontokkan elektabilitas PKS yang mengklaim sebagai partai dakwah dan partai kader, tak heran suara PKS turun di Pemilu 2014.

Koalisi besar Prabowo-Hatta dalam partai PKS, PAN, Gerindra, Golkar dan PPP tidak berhasil membawa pada kemenangan. Kalah oleh Jokowi-JK yang diusung PDIP, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI. Sejak saat itulah dimulai era PKS berada di oposisi. PKS tidak berada dalam lingkaran kekuasaan dengan segala kenikmatannya, konflik internal PKS dengan Fahri Hamzah yang dimenangkan oleh Fahri di pengadilan menambah citra partai semakin terpuruk.

Kekalahan paslon kepala daerah yang diusung PKS di berbagai wilayah terutama Jawa Barat yang 10 tahun dikuasai semakin membuat elektabilitas PKS semakin menurun. Sedikit hal yang membuat PKS berbahagia adalah kemenangan pasangan yang di usung PKS di DKI dan Sumut walau tidak ada kader PKS didalamnya.

Seperti disinggung sebelumnya, hasil survei bahkan menempatkan PKS pada zona merah dan terancam tidak lolos ambang batas. Tentu saja ini kabar sedih bagi PKS.

Prabowo-Sandi yang sejatinya adalah Gerindra tidak memberikan efek ekor jas yang bisa didapat oleh PKS. Daya tawar PKS yang lemah menerima saja 9 kadernya yang diajukan menjadi Cawapres tidak satu pun diambil.

Beredar kabar adanya kardus yang diberikan kepada PKS dan juga PAN sehingga menerima paslon Prabowo-Sandi. Ditambah iming-iming jabatan Wagub DKI yang ditinggalkan Sandiaga Uno akan diberikan kepada PKS, menjadikan PKS tetap all out berjuang memenangkan Prabowo-Sandi.

Tetapi pada prosesnya pengajuan 2 Cawagub DKI dari PKS yang terkesan di ulur-ulur oleh Gerindra membuat PKS sempat berang dan mengancam akan mematikan mesin partainya untuk pemenangan Prabowo-Sandi. Namun hal tersebut direspon Hashim Djojohadikusumo dengan menjanjikan jatah menteri untuk PKS 6 kursi untuk memacu kembali semangat kader PKS memenangkan Prabowo-Sandi.

Koalisi Prabowo-Sandi seperti kapal oleng. Dan kapal oleng bisa menenggelamkan salah satu awak kapalnya untuk mencari keseimbangan.

Mendekati akhir kampanye tampaknya impian PKS akan menjadi sekedar impian.Tak ada satu pun rilis hasil survei lembaga kredibel yang memenangkan Prabowo-Sandi, kecuali hasil survei internal Gerindra yang dirahasiakan.

Tampaknya PKS akan mengalami hal yang sama dengan periode 2014-2019, menjadi oposisi kembali. Itu pun kelolosan ke parlemen belum sepenuhnya aman. Tetapi saya pribadi yakin PKS masih bisa lolos ke parlemen.

Kemudian akan ada satu hal yang akan membuat PKS merana. Yakni jabatan Wakil Gubernur DKI yang roman-romannya akan kembali ditempati Sandi. Hal ini akan sangat membuat PKS kecewa hingga bisa pecah kongsi dengan Gerindra.

PKS adalah satu-satunya partai yang tidak pernah diajak koalisi oleh Jokowi. Dan saya yakin PKS tidak akan pernah diterima oleh Jokowi. Jika PKS pecah kongsi dengan Gerindra akan menjadi cerita yang menarik. Mau dibawa ke mana PKS oleh M. Sohibul Iman?

Apa mungkin pada akhirnya Gerindra berkoalisi dengan PDIP? Sangat mungkin mereka kembali merajut kemesraan seperti saat kontestasi 2009. Karena pada dasarnya ideologi PDIP dan Gerindra itu sejalan. Ini artinya PKS akan ditinggal sendirian, mengering kemudian layu dan mati, terkubur dalam mimpi-mimpinya yang selama ini didambakan tanpa pernah menjadi kenyataan.

Dan di tempat lain, Garbi, barisan sakit hati yang dipimpin Anis Matta berusaha untuk mencuri panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun