Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Internet: Part of Problema

2 April 2019   10:24 Diperbarui: 3 April 2019   09:47 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Internet juga seperti candu, meracuni, bukan hanya bagi karyawan tetapi manusia modern pada umumnya. Hal inilah yang harus disiasati oleh perusahaan agar karyawan bekerja tidak untuk surfing internet, tetapi menggunakan internet untuk mendukung kualitas pekerjaannya.

Google dan Facebook

Perusahaan internet menjamur, dan pada awal 2000-an sudah memasuki pasar saham. Perusahaan internet masuk bursa diawali oleh Scient pada Mei 1999 dengan harga penawaran umum perdana saham atau initial public of fering (IPO) sebesar US$10. Pada hari perdagangan pertamanya, harga ditutup sebesar US$ 32,63. Nilai tersebut sangat fantastis.

Scient mengalami harga puncaknya sebesar US $133,75, pada 10 Maret 2000, ketika usia di pasar modal belum genap satu tahun. Untuk periode tersebut berarti telah mendapatkan return sebesar 1238%. Pada Februari 2001 -- kurang dari satu tahun kemudian -- harga sahamnya tinggal US$ 2,94 atau return-nya minus 98%. Pada Februari 2001 tersebut seluruh saham internet berguguran dengan return minus 90-an%, serta 83 perusahaan di ambang kebangkrutan.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Ini karena sikap optimistis berlebihan atau tepatnya bubble terhadap pangsa pasar dari dot.com. Saya kutipkan pernyataan pengamat berikut ini sebagai penguat: "Bases on our market growth estimates, we are still at the very early stages of a powerful secular growth cycle."  Baru-baru ini; Path ditutup; dimana konglomerat Indonesia ikut juga menyumbang investasi.

Sekalipun penuh cerita buruk, dua pemain utama internet, Google dan Facebook, merajut sukses besar dan terus melaju hingga kini. Google memasuki bursa saham pada 19 Agustus 2004 dengan harga US$ 85.00. Saat ini (2 Januari 2015) harganya telah US$ 524,81, atau mencatatkan return berkisar 19,97% per tahun dalam waktu 10 tahun terakhir ini. Facebook IPO pada 18 Mei 2012 dengan harga US$ 38,23, saat ini harganya berkisar US$ 78.02, setelah kurang-lebih 2,5 tahun, atau return berkisar 33% per tahun. Nilai pertumbuhan itu jauh di atas rerata suku bunga T-Bill, yang berkisar hanya 2% saja. 

Sementara itu, Google sukses menguasai mesin pencari, video sharing (Youtube), blog (Blogger). Tidak seperti cerita di atas, Google tetap eksis hingga sekarang ini. Bagaimana Google dan Facebook ke depan? Apakah keduanya akan tetap meraih sukses? Ini tentu sepenuhnya tergantung dari kehadiran pesaing baru. Saat ini, Google dan Facebook praktis tanpa pesaing. Keduanya merupakan monopoli di bidangnya. 

Meski demikian para pemegang saham harus tetap antisipatif seraya terus berinovasi. Bila suatu saat hadir layanan baru yang lebih canggih, dapat saja konsumen beralih ke produk baru tersebut. Jika masa itu tiba, harga saham Google dan Facebook dapat bisa saja akan anjlok. Apakah kita masih menggunakan Google dan Facebook?. Tentu!. Apakah bermanfaat?. Pasti!. Apakah dilakukan pada jam kerja?. Tentunya, karyawan dapat memahami aktivitas yang menunjang produktivitas. mari gaungkan  dengan resolusi: bijak mempergunakan internet, internet untuk produktivitas!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun