Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inilah Hasil Survei Online Shop Terbaik 2018 dan Potensi Skema O2O di Indonesia

3 Januari 2019   16:38 Diperbarui: 3 Januari 2019   16:50 29090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
This image has an empty alt attribute; its file name is image.png

Tiga besar online shop 2018 di Indonesia di huni oleh online shop dengan sistem C2C atau consumer to consumer. Di dalam bisnis C2C mengizinkan siapapun menjadi penjual, pembeli jadi penjual, penjual jadi pembeli atau hanya duduk manis sebagai pembeli akhir (end-consumer)

Mengapa demikian?

Tahun 2012-2017, masyarakat masih "belajar" untuk belanja online. Kita masih belum begitu percaya dengan sistem C2C, karena online shop seperti Tokopedia dan Bukalapak hanya sebagai penyedia platform, bukan penjual langsung. Banyak kasus dulu dimana Tokopedia atau Bukalapak sering dikomplain akibat barang palsu. 

Tentu saja bisa terjadi karena banyak sekali penjual di platform itu. Sedangkan Lazada mengusung B2C atau business to consumer, Lazada meng-klaim menjamin seluruh barangnya adalah tanggung jawab Lazada sendiri, sehingga masyarakat merasa lebih aman. Itulah kenapa Lazada booming.

Tapi trend 2017-2018 berubah, Tokopedia, Shopee dan Bukalapak menyaring dengan ketat penjual yang nakal, dengan cara menyediakan escrow/pembayaran via platform. Nanti para online shop ini yang men-transfer uang belanja kita ke si penjual. Uang akan dikembalikan jika: Penjual menolak pesanan, penjual tidak respon dalam 2 hari atau penjual tidak memasukkan nomor resi setelah 4 hari pembayaran diverifikasi.

Semua tertera jelas di laman keterangan di masing-masing platform. Dengan begitu tingkat keamanan konsumen terjaga, dan otomatis di 2018 tingkat kepercayaan konsumen meningkat. Itulah kenapa ranking Lazada tergerus, selain karena hal lain di bawah ini.

Begitu saya tanya kenapa mayoritas masyarakat lebih suka yang sistem C2C selain karena tingkat keamanan yang sudah diperbaiki, jawaban mereka pertama adalah banyaknya pilihan produk, dengan beragam toko/penjual di situs online shop maka pilihan produk juga beragam. 

Kedua adalah persaingan harga sangat tajam. Misal, barangnya sama, tapi yang jual ada 5 pelapak, maka dari 5 itu pasti terjadi variasi harga, tinggal pembeli menghitung berapa total harga sesudah ditambah ongkos kirim.

Ongkos kirim tergantung dari jauh-dekat antara penjual dan pembeli. Nah dengan banyaknya penjual yang terpencar di segala lokasi di Indonesia, ini menghasilkan pilihan beragam bagi end-consumer/pembeli akhir.

Untuk yang tinggal di Tangerang, maka akan cenderung memilih penjual yang berlokasi di Tangerang juga, tentu pertimbangan ongkos lebih murah. E-commerce pun saat ini menyediakan sistem same day delivery, tentu saja menggunakan online transportation; Gojek atau Grab. Meskipun ongkos lebih mahal tapi jaminan barang sampai di hari yang sama sangat menggiurkan. 

Ketiga, adanya interaksi antara si penjual dengan end-consumer. Budaya kita adalah budaya interaksi, ngobrol. Kita lebih nyaman berbelanja jika kita berinteraksi langsung dengan si penjual, bukan ke sistem/platform. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun