Sehari setelah pernikahan agung di tengah Sungai Yamuna, Raden Palasara ingin mengajak istrinya berkunjung ke pulau kecil di tengah sungai.
"Bagaimana nimas, apakah kau setuju bila kita berkunjung ke pulau yang indah itu?"
Dewi Durgandini yang merasa dimanjakan oleh suaminya memandang penuh haru.Â
Tak terasa beberapa butir air mata jatuh membasahi pipinya.Â
Dengan pelan wanita ayu itu merebahkan tubuhnya ke pangkuan Raden Palasara.
"Jangan menangis, sayang. Adakah sikapku yang mungkin tak berkenan di hatimu?" Tanya Sang Pekik sambil mengusap pipi yang basah oleh air mata.
Putri negeri Wirata itu hanya bisa menggeleng, lagi-lagi ia memandang dengan penuh kekaguman pada suaminya.Â
Tapi dari jauh nampak sekali warna merah merona di wajah wanita yang sedikit pemalu itu.Â
Sekali lagi beberapa butir air mata terjatuh, kali ini membasahi celana Raden Palasara.
"Kau cantik sekali istriku. Mengapa kau diam saja, hemm...?"
Tiba-tiba jemari kanan sang dewi meraba pipi suaminya.Â