Biasanya orang kaya itu datang dari latar belakang pengusaha, atau pekerja yang berpenghasilan tinggi seperti Direktur Bank, Dokter atau Insinyur. Sekarang keadaan sudah berubah. Kelompok yang masuk jajaran orang  kaya tidak hanya didominasi oleh Direktur Bank yang bergaji tinggi, dokter atau insinyur, tapi politikus yang jadi kader  kader partai. Orang yang menjadi politikus sekarang mencuat menjadi orang-orang kaya baru, apalagi kalau politikus yang berlatar belakang pengusaha, mencari uang akan semakin mudah.
Orang yang sudah bergaji besar biasanya tidak mau lagi macam-macam, dia akan bekerja sejujur-jujurnya, mengabdi kepada pekerjaannya dengan bekerja keras agar hasil kerjanya sesuai dengan penghasilan yang sudah diterima.
Berbeda dengan kader parpol, apa lagi yang duduk di parelemen, biarpun termasuk orang yang bergaji besar, mereka masih berusaha mencari tambahan, bagus kalau cara-cara yang ditempuh itu jujur, celakanya cara yang ditempuh penuh dengan manipulasi dan ketidak jujuran.
Bukti bertebaran di mana-mana dengan banyaknya anggota DPR yang terlibat berbagai kasus korupsi dan beberapa diantaranya telah pula dipenjarakan.
Akhir-akhir ini model-model kader partai mencari uang semakin terkuak. Kasus Nazaruddin yang berBBM ria dengan stasiun TV yang mengungkap aliran dana korupsi dan manipulasi dibeberkan dengan terang benderang, jumlah uang serta nama-nama yang menerima uang.
Sungguh "mengerikan" nama-nama yang disebutkan Nazar adalah nama-nama beken yang di TV penampilannya kelihatan santun cerda  dan sangat terhormat.
Semua itu telah membuat kita miris. Tapi yang membuat lebih  miris lagi adalah  berita yang di rilis majalah tempo terbitan 27 Juni-3 Juli 2011 dengan judul "Rezeki Hutan Politikus PAN"yang menguliti cara-cara beberapa kader partai PAN dalam memanfaatkan kadernya yang menjadi pimpinan di instansi basah mencari uang.
Mereka bertindak sebagai calo mengurus segala macam bentuk perijinan yang tarifnya sungguh bikin kita merinding, ada tarif untuk sumbangan sosial, ada tarif untuk pribadi dan ada pula tarif untuk partai. Bahkan para kader ini bermarkas pula di kementerian tersebut. Ya, ampun!Kasihan negeri ini yang dipenuhi orang-orang yang tidak tahu malu.
Pak Amin Rais!
Saya mengadu kepada pak Amin
Tapi pak Amin jangan menjawabnya dengan: