Mohon tunggu...
Rullysyah
Rullysyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Belajar dan Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kampanye Akbar Jokowi Takkan Mampu Saingi Kampanye Prabowo?

9 April 2019   16:36 Diperbarui: 9 April 2019   17:19 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karnaval Jokowi di Tangerang. Detiknews

Tanggal 7 April 2019 kemarin Prabowo-Sandi sukses menyelenggarakan Kampanye Akbar mereka di GBK Senayan.  Prabowo mengklaim acara Kampanye Akbar tersebut sebagai Rapat Demokrasi Terbesar dalam sejarah Pemilu di Indonesia.  Massa pun disebut mencapai 1 juta orang.

Beberapa jam setelah Kampanye Akbar Prabowo usai, ramailah berita-berita di media online resmi maupun media-media social yang membahas hal tersebut.  Bukan pendukung Prabowo-Sandi saja yang membahas Spektakulernya  Kampanye Akbar tersebut, pendukung Jokowi-Maruf juga ramai sekali membahas kampanye tersebut. Sempat lihat di Google Trend sebutan untuk Prabowo menjulang tinggi sekali untuk hari kemarin.

Sayangnya  yang dibahas pendukung Jokowi-Maruf bukanlah keramain dari Kampanye Akbar Prabowo melainkan yang dibahas soal Saf Shalat Subuhnya. Sebagian lagi dari mereka memprotes Shalat Subuh sebelum Kampanye Akbar, sebagian lagi mengkomplain jumlah massa yang hadir.

Untuk polemik soal jumlah peserta yang hadir sudah saya bahas kemarin di artikel saya. Tapi di Twitter saya bingung melihat 1-2 cuitan di Twitter soal Saf Shalat Subuh di GBK yang mencapai Retweet hingga diatas 3 ribu kali. Mengapa sampai banyak sekali pendukung Jokowi yang sangat tertarik dengan urusan Saf Shalat yang tercampur?  Dan saya tidak tahu apa jawabannya.

Lalu soal Shalat Subuh sebelum Kampanye yang diprotes Partai Anyar yang paling popular PSI dan banyak pendukung Jokowi lainnya. Mereka mengatakan hal tersebut Tak Lazim dan menyimpulkan hal tersebut sebagai Politik Identitas.  Benarkah demikian?


Sah-sah saja orang berpendapat seperti itu. Tapi  bagaimana pendapat PSI dan banyak pendukung Jokowi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada berbulan-bulan yang lalu yaitu soal Politik Identitas yang dimainkan kubu 01 dengan memilih Ulama sebagai Cawapres?  Bagaimana dengan masifnya mobilisasi warga NU  mendukung Jokowi-Maruf sepanjang Kontestasi Pilpres 2019 selama3-4 bulan terakhir ini ? Apakah itu bukan Politik Identitas?

Apa boleh buat, namanya juga netizen. Suka-suka merekalah berbicara dan berpendapat. Yang penting asal jangan menebar hoax saja. Lagipula kata Ajie anak saya, yang namanya Netizen itu Maha Benar :D. . Mungkin begitu ya? Saya tidak tahu.

Soal Shalat Subuh berjamaah sebelum Kampanye itu baik kok. Kubu 02 juga seharusnya juga begitu karena Cawapresnya merupakan Kyai Besar.  Yang penting memberi tahu kepada sesama tim kampanye yang  non muslim rencana tersebut sehingga bagi yang non muslim bisa beribadah dan berdoa juga demi kemenangan kubunya dengan cara yang lain.  Kan Damai kalau seperti itu?

KAMPANYE AKBAR JOKOWI BISA JADI LEBIH RAMAI DARI KAMPANYE AKBAR PRABOWO

Buntut dari spektakulernya jumlah massa Kampanye Akbar Prabowo kemudian membuat Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah iseng menantang kubu 01. Bisa tidak untuk Kampanye Akbar Jowi mampu menyedot massa sebanyak yang ada di Kampanye Akbar Prabowo? Tantangan itu langsung dibalas oleh TKN Jokowi dan mengatakan tunggu tanggal mainnya saja. Saya pun tersenyum membaca berita soal tantang-menantang tersebut. Tidak seharusnya Fahri Hamzah iseng bertanya seperti itu.

Menurut saya sih tidak usah dianalisa sama sekali , cukup dibayangkan saja  bisa dipastikan Kampanye Akbar Jokowi akan seramai Kampanye Akbar Prabowo.  Tidak ada yang sulit bagi kubu 01 untuk mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya untuk Kampanye Terakhir.

Kalau kubu 02 punya massa PKS yang terkenal Solid, punya massa Alumni 212 yang jutaan, ditambah massa Gerindra dari luar Jakarta  dan ormas-ormas Islam lainnya ya terkumpullah massa sekitar 1 juta seperti kemarin.

Kubu 01 juga punya massa jutaan kok. PDIP tinggal memobilisasi massa PDIP dari Jawa Tengah, PKB dan NU tinggal memobilisasi massanya yang dekat dari Jakarta pastilah sudah sama jumlahnya dengan massa Kampanye Akbar Prabowo. Apalagi kubu 01 punya dukungan finansial unlimited. Sudah pastilah terkumpul massa yang mungkin lebih banyak lagi.

Tapi pertanyaannya kemudian adalah, Apa pentingnya Unjuk Kekuatan banyak-banyakkan massa di Pilpres 2019 ini?

Inilah yang harus kita pikirkan bersama-sama. Pesta Demokrasi itu bukan menang atau kalah tentang banyaknya massa. Bukan tentang Klaim dan mempertontonkan siapa yang lebih banyak dipilih rakyat.  Bukan seperti itu.

Pesta Demokrasi itu adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi rakyat untuk menentukan nasib bangsa  5 tahun ke depan. Berkampanyelah dengan cara-cara yang wajar seperti yang sudah-sudah.

TKN JOKOWI SUDAH KEHILANGAN KONSEP  ESENSI KAMPANYE PEMILU 

Pemilu adalah Pesta Demokrasi.  Esensi dari Pesta Demokrasi ini bukanlah Acara Pesta seperti umumnya pesta. Kata Pesta dalam frasa Pesta Demokrasi bukan berarti sebuah Pesta besar yang harus menyediakan hiburan dan hidangan  yang memuaskan  para tamu.

Pesta yang dimaksud dalam frasa Pesta Demokrasi adalah Kemeriahan rakyat. Kemeriahan rakyat yang berbondong-bondong menyalurkan aspirasinya ke bilik suara. Kemeriahan rakyat yang menyambut orasi para calon pemimpinnya dalam berbagai kampanye. Itulah esensi dari Pesta Demokrasi.

Tanggal 7 April lalu juga kubu 01 melakukan kampanye di Tangerang yang sangat meriah dengan atraksi Karnaval.  Jokowi-Maruf naik kereta kencana dan diarak sepanjang jalan kota Tangerang. Ada juga pentas seni Ondel-ondel dan lainnya. Apa yang terlihat dari pandangan kita adalah kampanye Jokowi di Tangerang dikemas dalam sebuah format Karnaval.

Lalu timbul pertanyaan di benak saya, apakah TKN Jokowi ingin menampilkan semua Kampanye Terakhir Jokowi sebagai Karnaval Demokrasi atau mungkin juga dalam format Pesta Total untuk Rakyat?

Acara Apel Kebangsaan di Semarang. gbr dari tribune.com
Acara Apel Kebangsaan di Semarang. gbr dari tribune.com

Kemarin siang sempat membaca berita dimana Wakil Ketua TKN Jokowi mengatakan Kampanye Akbar Jokowi tanggal 13 April nanti akan dibagi dalam 3 Ring.  Ring 1 berada di dalam stadion GBK Senayan, Ring 2 di area luar GBK dan Ring 3 adalah area sekitar jalan-jalan menuju GBK. Disebut juga di Ring 2 akan dipasang tenda-tenda yang menyediakan pesta kuliner bagi pengunjung.

Membaca berita itu sesaat langsung saya terbayang dengan acara Apel  Kebangsaan di Semarang  tanggal 17 Maret 2019 lalu. Acara megah yang menghabiskan Dana APBD Jateng sejumlah Rp.18 Milyar. Slogan yang dipopulerkan  Elite PDIP yang juga Gubernur Jateng Ganjar adalah Kita Merah Putih.

Sayangnya setelah acara tersebut usai, bila melihat foto-foto acara tersebut dan membaca-baca berita yang ada  kesannya malah kontradiksi. Terkesan  acara tersebut  hanyalah sebuah acara pesta besar-besaran yang mubazir dana dan  entah tujuannya untuk apa.

Judulnya saja Kita Merah Putih tetapi lebih kepada sekedar pengumpulan massa dan Pagelaran Panggung Besar Musik.  Apalagi faktanya setelah acara tersebut sampah-sampah pesta ditinggal begitu saja oleh panitya.

Apel Kebangsaan NU-Muhammadiyah. Merdeka.com
Apel Kebangsaan NU-Muhammadiyah. Merdeka.com

Sangat jauh berbeda dengan Apel-apel kebangsaan lainnya yang  pernah digelar oleh berbagai Institusi. Kata Apel Kebangsaan atau konsep Apel Kebangsaan seharusnya merupakan sebuah acara yang mengumpulkan berbagai elemen masyarakat umum (bukan golongan tertentu) ke dalam suatu upacara (Apel) dan berbagai elemen masyarakat itu kemudian mengikat janji untuk tetap 1 bangsa.

Seharusnya Apel Kebangsaan itu digelar untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda ataupun Hari lahirnya Organisasi Pemuda lainnya.  Tapi entahlah PDIP membuat acara tersebut untuk kepentingan apa dengan menggunakan dana yang aduhai banyaknya.

Akhirnya bila berkaca dari Apel Kebangsaan yang digagas PDIP di Jawa Tengah dan juga melihat Karnaval Jokowi di Tangerang kemarin, yang saya bayangkan untuk tanggal 13 April nanti di GBK bukanlah Kampanye Akbar, melainkan Pesta Akbar atau Karnaval Akbar.

Bukan kampanye namanya kalau pengunjung dimanjakan dengan (misalnya) Pesta Kuliner, Panggung besar music, pagelaran tarian dan lainnya. Itu namanya Pesta Rakyat atau tepatnya Pesta Rakyat dari kalangan tertentu  dan Eksklusif.

Sejatinya Kampanye Pemilu itu masyarakat diberitahu akan adanya kampanye, mereka tertarik dan selanjutnya datang dengan iklas untuk menyaksikan orasi-orasi calon pemimpin. Mereka juga tidak perlu diongkosin pulang pergi apalagi dirayu dengan acara dangdutan, makanan-makanan enak dan lain-lainnya.

Prabowo punya Kharisma.  Jokowi pun juga punya. Bahkan masyarakat lebih banyak yang tahu bahwa Kharisma Jokowi lebih bersinar dari Prabowo. 

Kalau sampai Tim Kampanye Jokowi  memformat acara Kampanye Akbar Jokowi dengan hal-hal yang tidak penting seperti Panggung Hiburan besar-besaran, Pertunjukan Tarian dan Pesta Kuliner, apalagi pengunjung diberi ongkos pulang maka acara itu bukan Kampanye.  Dan Tim Kampanye Jokowi bisa dibilang telah "melecehkan" Kharisma Jokowi.

Saya berharap bisa melihat Kampanye Akbar Jokowi bisa sama pemandangannya dengan Kampanye Akbar Prabowo kemarin. Ratusan ribu masyarakat datang dengan Iklas dan mendengarkan orasi dari Jokowi-Maruf. 

Kita semua masih ingat betapa banyaknya lautan manusia yang  menyambut pelantikan Jokowi sebagai Presiden di tahun 2014 lalu. Masyarakat itu pasti masih ada. Tinggal Panitya ataupun tim Kampanye memfasilitasinya saja. Diatur tempatnya dan diatur lalu lintas sekelilingnya.

Semoga itu yang terjadi. Sebuah orisinalitas kampanye dari tokoh besar.  Sebuah pemandangan yang memperlihatkan  bagaimana banyaknya rakyat yang  berharap kepada Jokowi untuk tetap memimpin bangsa.  

Tapi seandainya yang terjadi malah sebaliknya, yang terjadi malah Pesta Rakyat yang Eksklusif (kalangan tertentu saja) maka bisa dikatakan Kampanye Akbar Jokowi kalah jauh Nilainya dari Kampanye Akbar Prabowo.

Sekian.

Sumber gambar:
detik.com
tribunnews.com
merdeka.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun