Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

pelangidipagihari.blogspot.com seindahcahayarembulan.blogspot.com sinarigelap.blogspot.com eaglebirds.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Chris Lie Berharap Komik Indonesia Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

13 September 2017   13:25 Diperbarui: 13 September 2017   17:28 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chris Lie(Ziliun) | tekno.kompas.com

Beruntung, Chris lantas menemukan jalan. Pada tahun 2003 ia mendapat beasiswa Fulbright Scholarship. Berkat beasiswa itu, ia berkesempatan mengambil gelar master bidang Sequential Art Savannah College of Art and Design, Savannah Amerika Serikat.

Di sanalah ia benar-benar belajar dan memperdalam ilmunya. "Tantangan kuliah disana sangat berat. Kalau di Indonesia hari pertama kuliah biasanya diisi dengan perkenalan. Kalau disana langsung diberi tahu tugas-tugas apa saja yang harus dikerjakan," aku Chris. "Tapi enaknya, dosen-dosen disana benar-benar memperhatikan pekerjaan siswanya. Mereka sering merekomendasikan muridnya ke editor studio besar dunia. Sebab, kalau ada yang jadi dan diakui karyanya, itu juga menjadi kebanggaan bagi mereka."

Dalam proses perkuliahan itulah, Chris magang di Devil's Due Publishing, sebuah studio penerbitan besar yang membuat karakter Gl Joe dan Transformer. Namun, perjuangannya mendapat kesempatan magang itu tak mudah. "Ceritanya, saya menyelinap ke kantor mereka berkat bantuan teman yang kebetulan bekerja di sebuah perusahaan game yang satu gedung dengan mereka.

Kalau tidak begitu, belum masuk ke depan pintu mereka saja pasti sudah ditolak. Sebab, yang ingin bekerja di perusahaan yang sudah ternama seperti mereka banyak sekali."

Tapi, dengan magang di sana, bukan berarti kesempatan langsung terbuka. "Saya tidak pernah dikasih pekerjaan menggambar untuk membuktikan kemampuan saya. Malahan, kebanyakan kerja kasar. Disuruh fotokopi sampai jaga pintu," sebut Chris mengenang. "Tapi, kalau lagi menganggur, yasaya gambar-gambar saja terus. Hingga suatu kali, mungkin orang mulai melihat saya. Tiba-tiba, saya diberi tantangan. Meneruskan gambar Gl Joe 120 halaman, tapi hanya diberi waktu 2 minggu. Padahal ilustrator lain paling tugasnya hanya 2 halaman sehari."

Tantangan itu rupanya disanggupi Chris. Ia pun mengerahkan teman-temannya untuk membantu menyelesaikan tugas tersebut. "Meski hasilnya belum maksimal seperti ilustrator yang lebih senior, tapi saya tunjukkan bahwa saya mampu." Kejadian itu lantas mengantarnya mendapat kepercayaan lain.

Suatu kali, salah satu pemimpin proyek Gl Joe mendatanginya. "Ia memberi tugas untuk merancang konsep Gl Joe Sigma6. Menyuruhnya sekitar jam 12 siang, jam 4 sore sudah harus diselesaikan," papar Chris. "Ternyata, ilustrator lain juga ditugaskan membuat hal yang sama. Tapi rupanya, mungkin karena karakter yang dicari beciri khas Asia, yang dipilih adalah karakter yang saya buat. Sejak saat itulah, saya lantas dipercaya untuk mengembangkan Gl Joe Sigma6 ke produk-produk lain."

Keberuntungan lain yang mengantarkan Chris berhasil mendunia juga datang saat suatu kali ia disuruh menjaga pintu masuk kantor. Saat itu, ada seorang tamu yang datang untuk mengambil cek. "Waktu itu, ternyata orang tersebut adalah seorang inker (pemberi warna pada komik) veteran.

Setelah ngobrol sejenak dan tahu saya punya style gambar Jepang, dia lantas menawarkan saya untuk membuat contoh karya." Singkat kisah, contoh karya Chris lantas berhasil diterima sehingga ia dipercaya untuk membuat karakter Return to Labyrinth."Karya itu adalah salah satu kebanggaan saya. Sebab, buku komik tersebut sangat laku dan bahkan menduduki peringkat buku terlaris di New York Times manga best sellers peringkat 4."

Kiprah Chris tak berhenti di sana. Selain pernah menjadi juara pembuatan cover figur Street Fighter 4 di Xbox Amerika, Chris juga makin banyak mendapat pesanan gambar dari berbagai studio dunia, seperti Sony Online Entertainment, Hasbro, Mattel, Wizard of The Coast, dan masih banyak lainnya.

Begitulah jalan hidup Chris. Baginya, semua itu harus diperjuangkan. Berbagai penghargaan internasional yang didapat, menurut Chris belum cukup untuk meraih sukses yang sebenarnya. "Dengan mendirikan Caravan Studio, saya tak ingin berhenti hanya jadi ilustrator penerima pesanan. Tapi saya ingin jadi konseptor kreatifnya. Sebab, dengan begitu, intellectual property kita pegang. Itulah yang sedang saya perjuangkan sampai kini," tegas Chris. Oke, kita tunggu karya-karyanya, agar komik Indonesia benar-benar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun