Mohon tunggu...
Rudy Sangian
Rudy Sangian Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi Pelabuhan

Praktisi Logistik Kepelabuhanan selama 20 tahun, telah menjadi konsultan pada 29 pelabuhan di Indonesia untuk tujuan revitalisasi, penyederhanaan proses serta pemanfaat teknologi terkini di Ranah Pelabuhan. Memiliki jaringan tenaga ahli kepelabuhanan baik secara domestik maupun internasional.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Manajemen Dwelling Time dan YOR Pelabuhan Serta Pengaruhnya Terhadap Biaya Logistik

25 Juli 2014   07:59 Diperbarui: 4 April 2017   18:16 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manajemen Dwelling Time dan YOR (Yard Occupancy Ratio) sebuah pelabuhan memegang peranan penting dalam menurunkan atau mengefektifkan suatu komponen Biaya Logistik Pengiriman Barang.

Dari berbagai analisa dan pengamatan praktisi logistik kepelabuhan, bahwasannya cara pandang instansi pemerintah terhadap manajemen Dwelling Time dan YOR terbagi dua, yakni: (1) terlalu Port Centric, atau (2) terlalu Customs Centric.

PANDANGAN CUSTOMS CENTRIC

Pandangan Customs Centric adalah masalah Dwelling Time dan YOR itu disebabkan oleh perihal lamanya pengurusan dokumen dan pemeriksaan bea cukai yang menyebabkan container mengendap terlalu lama di Quay Container Yard sehingga YOR cepat menjadi 100%, dan akhirnya tidak ada lagi lahan tersedia untuk proses bongkar container untuk kapal berikutnya.

PANDANGAN PORT CENTRIC

Berdasarkan UU 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran itu dibedakan mana Otoritas Pelabuhan dan mana Operator Pelabuhan. Adapun instansi pemerintah lainnya yang terkait seperti: Kantor Kesehatan Pelabuhan, Imigrasi, Karantina dan Bea Cukai harus berada atau harus tunduk pada Otoritas Pelabuhan.

Sedangkan Operator Pelabuhan adalah Pihak Penyelenggara Pelabuhan yang didefinisikan pada UU 17 Tahun 2008 sebagai BUP (Badan Usaha Pelabuhan) yang mana tanah dan lahan pelabuhan itu milik negara yang dikonsesikan kepada pihak BUP atas persetujuan Kementrian Perhubungan.

Dengan demikian upaya menurunkan Dwelling Time dan YOR Pelabuhan itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab Otoritas Pelabuhan.

PENYEBAB DWELLING TIME DAN YOR NAIK

Untuk menggambarkan penyebab Dwelling Time dan YOR adalah sebagai berikut:


  1. Adanya ratio fisik temporary storage Quay Yard yang tidak seimbang dengan pertumbuhan throughput production bongkar muat di pelabuhan. Sekarang ini hitungan kapasitas GSL (Ground Slot) temporary Quay Yard yang tersedia itu menyebabkan Dwelling Time berada dikisaran 15 hari.
  2. Tidak adanya pertumbuhan yang significant terhadap Pelaksana Importasi menjadi MITA Bea Cukai sehingga proses kepabeanan bertumpu pada pre-inspection yang lebih besar daripada post-inspection. Akibat dari pre-inspection ini adalah barang tertahan; tidak cepat keluar dari Quay Yard pelabuhan sehingga Dwelling Time dan YOR naik.
  3. Tidak adanya kewaspadaan di lintas sektoral instansi pemerintah bahwasannya koordinasi dipegang oleh Otoritas Pelabuhan berdasarkan UU 17 Tahun 2008 dan semua harus tunduk pada Otoritas Pelabuhan. Hal  ini memang naif karena Pejabat di Otoritas Pelabuhan memang terbukti kurang memahami mata rantai proses yang menyebabkan Dwelling Time dan YOR tinggi, sehingga dalam berinteraksi dengan lintas sektoral itu tidak memiliki kewibawaan dari sisi knowledge dimaksud.
  4. Ketidakmampuan pemerintah menjamah Manajemen Koordinasi sesama Penyedia Jasa Logistik yang terdiri dari: Agen Pelayaran, Freight Forwarder, Perusahaan Truk dan Operator Gudang di sekitar pelabuhan agar solid berkoordinasi untuk mengambil container di Quay Yard sehingga memudahkan Operator Pelabuhan melakukan kegiatan bongkar muat karena lahan di Quay Yard tersedia dan memadai.
  5. Peranan Kemenko terlalu Customs Centric sehingga usulan-usulan dan susunan matriks permasalahan itu tidak mengena sasaran yang dituju dan akibatnya Dwelling Time dan YOR tidak pernah selesai bahkan sampai bertahun-tahun.
  6. Monitoring Dwelling Time dan YOR didukung oleh data yang tidak akurat, yakni: tanggal awal container mengendap itu diambil dari ETA (Estimation of Time Arrival) kapal; yang seharusnya diambil dari setiap tanggal dan jam container menyentuh Quay Yard. Adapun tanggal akhir Dwelling Time diambil dari setiap container keluar GATE Quay Yard.
  7. Tidak adanya koordinasi yang solid dalam Proses OverBrengen yang dapat membantu penurunan Dwelling Time dan YOR. Koordinasi dalam Proses OverBrengen melibatkan berbagai pihak Penyedia Jasa Logistik terkait, yakni: Container Terminal, Freight Forwarder, Perusahaan Truk dan Pengelola Gudang TPS Tujuan.


Dari berbagai Matriks Permasalahan yang disusun yang tidak mengena permasalahan yang ada maka permasalahan Dwelling Time dan YOR Pelabuhan itu menjadi masalah yang tidak terselesaikan sampai detik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun