Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Olahraga Disabilitas Berdiri Gagah di Mimbar Akademik

4 Oktober 2019   13:43 Diperbarui: 5 Oktober 2019   10:01 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri ke kanan: Drs. Parmin, M.Hum., Dr. Imam Marsudi, M.Si., Khusnul Khotimah, M.Pd., Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., AIFO, Roy Agustinus Soselisa, M.Pd., Dr. Nanik Indahwati, M.Or. (dokumen pribadi)

Olahraga Disabilitas Berdiri Gagah di Mimbar Akademik

Perhelatan Asian Para Games edisi ketiga yang diselenggarakan di Indonesia tepat setahun yang lalu, benar-benar telah meninggalkan warisan yang berharga. Warisan berharga yang dimiliki oleh Indonesia pascaperhelatan Asian Para Games 2018 yakni banyak tersedianya akademisi—yang pernah terlibat dalam berbagai posisi pada pesta olahraga multi event tingkat Asia bagi paralimpian—yang akan mengembangkan olahraga disabilitas pada mimbar-mimbar akademik di Indonesia.

Dalam konteks Provinsi Jawa Timur sendiri, kami mengetahui setidaknya ada dua akademisi yang pernah terlibat sebagai tenaga National Classifier dalam perhelatan Asian Para Games 2018. Satu tenaga National Classifier yang bertugas pada cabang olahraga Tenpin Bowling atas nama Dr. Damayanti Tinduh, dr., Sp.KFR(K)., dan satu tenaga National Classifier yang bertugas pada cabang olahraga Badminton atas nama Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., AIFO.

Kabar gembiranya, dari dua nama tersebut, salah satunya atas nama Dr. Damayanti Tinduh, dr., Sp.KFR(K) yang merupakan tenaga pengajar pada Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga dengan konsentrasi keilmuan yang terkait erat dengan disabilitas, serta anggota dari Tim Sport Clinic RSUD Dr. Soetomo. Beliau termasuk yang menggagas materi tentang olahraga disabilitas menjadi bagian dari sesi pararel pada Symposium and Workshop "3rd National Sport Science Meeting: 10-Year Experience in Comprehensive Management of Sport Clinic" yang dilaksanakan pada 30-31 Agustus 2019 di Universitas Airlangga.

Kemudian salah satunya lagi atas nama Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., AIFO yang merupakan tenaga pengajar pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Surabaya yang dapat menjadi modal penting bagi pengembangan olahraga disabilitas. Tak lama setelah Asian Para Games 2018 berlalu, terobosan demi terobosan dilakukan oleh beliau untuk mengembangkan olahraga disabilitas melalui mimbar akademik, setidaknya dimulai dari selingkung Universitas Negeri Surabaya.

Terobosan yang pertama dimulai dengan menyampaikan permohonan kepada Dr. Imam Marsudi, M.Si. yang kala itu selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga untuk memasukan mata kuliah Olahraga Disabilitas dalam (restrukturisasi) kurikulum Program Studi Sarjana (S1) Pendidikan Kepelatihan Olahraga, hingga pada akhirnya mata kuliah yang berbobot sebanyak 2 SKS tersebut telah berjalan (dan semoga akan terus berjalan, bahkan dengan penambahan bobot SKS)—besar kemungkinan untuk mata kuliah Olahraga Disabilitas ini merupakan yang pertama ada di Indonesia, selama ini yang ada dalam struktur kurikulum disiplin ilmu olahraga hanya mata kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif, dan Pendidikan Jasmani Adaptif (olahraga pendidikan) merupakan sesuatu yang berbeda dengan Olahraga Disabilitas (olahraga prestasi).

Terobosan selanjutnya yakni menggagas untuk melakukan penelitian tentang Pengembangan Media Belajar Olahraga Disabilitas dalam Menyambut Tantangan Disruptive Innovation di Pendidikan Tinggi. Tiba pada tahapan ini, beliau secara khusus sejak akhir tahun lalu telah beberapa kali berkoordinasi dengan kami yang ada di NPCI Provinsi Jawa Timur, bahkan berkoordinasi secara langsung dengan Ketua Umum NPC Indonesia di Kantor Pusat NPC Indonesia yang berada di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah untuk memohon masukan terhadap proyek penelitian yang sedang dikerjakan.

Hingga puncaknya kemarin (3/10/2019) telah dilaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang bertempat di Ruang Sidang Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Lantai 6, Gedung Rektorat Universitas Negeri Surabaya Kampus Lidah Wetan, untuk memberikan masukan terhadap draf final dari Buku Olahraga Disabilitas yang telah disusun oleh Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis., AIFO, dengan editor oleh Khusnul Khotimah, M.Pd.

NPCI Provinsi Jawa Timur mendapatkan kesempatan untuk memberikan masukan dari sudut pandang praktisi olahraga disabilitas bersama dengan akademisi-akademisi dari selingkung Universitas Negeri Surabaya sesuai dengan kepakarannya masing-masing. Tiga nama di antaranya yang berhalangan hadir (karena padatnya berbagai agenda kegiatan) dalam FGD, tetapi telah memberikan masukan secara tertulis terhadap draf final dari buku Olahraga Disabilitas—yang salinannya telah dikirimkan oleh penulis sejak empat hari sebelum pelaksanaan FGD—yakni Prof. Dr. Hari Setijono, M.Pd., Dr. Abdul Rachman Syam Tuasikal, M.Pd. dan Dr. Asri Wijiastuti, M.Pd. (pakar pendidikan luar biasa). Kemudian tiga nama lainnya yang hadir dalam FGD yakni Dr. Imam Marsudi, M.Si., Dr. Nanik Indahwati, M.Or. dan Drs. Parmin, M.Hum. (pakar linguistik).

NPCI Provinsi Jawa Timur sendiri dalam FGD tersebut memberikan beberapa masukan, baik secara lisan maupun tertulis yang terkait dengan hal teknis dalam olahraga disabilitas. Namun, melalui catatan ini kami hanya akan menyampaikan masukan yang berlaku bagi masyarakat umum, di antaranya dalam menyebut "atlet disabilitas" sebaiknya menggunakan kata "paralimpian" (predikat istimewa yang dimiliki secara khusus), kemudian hindari penggunaan kata "atlet normal" sebagai pembanding dari kata "paralimpian", akan lebih baik bila menggunakan sebutan "atlet nondisabilitas", meski sebenarnya dengan menggunakan kata "atlet" saja tanpa disertai nondisabilitas sudah cukup, karena kata "atlet" menunjuk pada "olahragawan nondisabilitas", sedangkan kata "paralimpian" menunjuk pada kata "olahragawan disabilitas".

Mengingat buku tersebut akan digunakan untuk kebutuhan mahasiswa dalam proses pembelajaran—selain nantinya dapat dibaca pula oleh masyarakat luas, khususnya para aktivis olahraga disabilitas—maka akan sangat baik bila membangun respect terhadap disabilitas pada kalangan mahasiswa dimulai dari penggunaan kata yang tepat untuk sebutan bagi olahragawan disabilitas, serta penggunaan kata pembandingnya yakni nondisabilitas, bukan dengan kata "normal" yang memiliki lawan kata "tidak normal"—kata "tidak normal" memiliki kecenderungan yang akan mengantarkan pada perspektif tentang kerapuhan saat memahami disabilitas, menganggap bahwa disabilitas mengalami kondisi yang tidak normal, tidak umum, sakit, tak berdaya, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun