Menyambangi Petani Bunga Krisan di Gerbosari Kulon Progo
Sekarang ini florikultura atau bunga-bungaan tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Ia bukan sekadar tanaman hias pekarangan atau taman rumah lagi untuk memberi corak keindahan dan memuaskan mata saja. Ia telah menjadi komoditi perdagangan yang memberi nilai ekonomi bagi mereka yang membudidayakannya.
Bunga Krisan misalnya, adalah salah satu jenis bunga yang sedang trend dan digemari oleh pecinta bunga di tanah air. Ndara Tanggu Kaha, Wakil Bupati Sumba Barat Daya adalah salah seorang yang tertarik dengan bunga indah tersebut.
Ndara Tanggu mengenal bunga Krisan dari Dr Ir Martini Patria. Waktu Bu Tria bersama Tim Kementerian Pertanian Republik Indoesia  melakukan kunjungan ke Kabupaten Sumba Barat Daya, ia membawa benih bunga Krisan kepada Ndara Tanggu.
Dalam perjalanan menuju tempat budidaya bunga Krisan, kami mampir sebentar di Agro dan Resto Krisan Gerbosari, sebuah Bumdes Binangun Sejahtera Gerbosari. Dari sini kami menuju ke petani yang membudidayakan bunga Krisan.
Hanya sebentar saja, kami sudah bersama dengan petani bunga Krisan. Kami langsung diajak untuk menyaksikan tanaman bunga Krisan yang dibudidayakan dalam rumah beratapkan plastik bening, seperti green house namun modelnya sederhana.
Ternyata proses pembibitan dan budidayanya tidak susah-susah amat. Namun juga tidak mudah. Demikian pula pasarnya tersedia di daerah Kota Baru Yogyakarta.
Menurut para petani tersebut, setiap minggu mereka mengantar bunga Krisan di Kota Baru sebanyak dua kali. Sekali antar rata-rata 30.000 pohon.
Secara ekonomi atau analisa usaha tani, mereka juga untung besar. Rata-rata keuntungan per pohon Rp 700 s/d 1.000.
Kunjungan di kebun bunga Krisan tersebut bagi kami sangat bermanfaat. Pertama, sangat mendukung pembangunan pariwisata di Sumba. Pariwisata itu butuh keindahan dan salah satunya adalah tersedianya bunga-bunga yang indah.
Dan kedua, penting dan relevan ditanam di sekitar areal perkebunan kopi rakyat untuk meningkatkan populasi serangga seperti lebah. Serangga sangat dibutuhkan pada saat kopi sedang berbunga untuk pembentukan buah.
Setelah itu, kami berpisah karena Ndara Tanggu harus ke bandara internasional Adisucipto menuju Ngurah Ray Denpasar. Sementara Bu Tria dan Kadis Aris masih bertahan bersama sebagian rombongan kami untuk melanjutkan diskusi seputar pengembangan bunga Krisan bersama para petani bunga Krisan di Gerbosari.
Sayonara sampai jumpa lagi Bu Tri, Pak Aris, dan rekan-rekan petani bunga Krisan di Kulon Progo.
Tambolaka, 10 Agustus 2019