Mohon tunggu...
Roby Kusnanto
Roby Kusnanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Bola

Regulasi PT Liga Indonesia Baru Bawa Penderitaan Baru bagi Klub Miskin

18 Maret 2017   08:24 Diperbarui: 18 Maret 2017   18:00 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persela Lamongan : sumber foto dari Goal.com

Profesionalisme PT Liga Indonesia Baru (LIB) diragukan banyak pihak untuk bisa mengelola kompetisi Liga 1 Liga 2 sampai Linus yg akan bergulir April mendatang. Hal ini didasari dengan beberapa hal yang melatarbelakangi wajah baru PT LIB yg didominasi nama nama yang  tidak bisa move on dari kepentingan salah satu klub.


 Nama Glenn Sugita sebagai Komisaris Utama PT LIB adalah pemilik saham terbesar Persib Bandung,ada lagi nama Pieter Tanuri exco PSSI yg juga pemilik Bali United juga disebut-sebut terakhir masuk gerbong PT LIB.


 Kalau menilai Persib dan Bali United seperti bayi kembar. Sponsor nyaris sama. Pemain yg tidak terpakai di Maung Bandung dipastikan akan dibuang ke Bali United.  Jika di investigasi lebih dalam Persib dan BU kepemilikannya melanggar aturan Cross Ownership.Iya secara kasat mata berbeda person pemiliknya.Tapi,sumber pendanaanya dijamin sama. Lantas apa kaitannya dgn kompetisi ? Sepakbola menjunjung tinggi fairness dan sportifitas.Akan kecil kemungkinan keputusan atau regulasi yg dibuat operator akan tidak berpihak kepada pemilik klub yg merangkap jabat sbg petinggi operator.


 Apalagi keduanya murni berangkat menuju sepakbola membawa dominan kepentingan bisnis. Berapapun kocek yg dikeluarkan maka bagaiamana pula regulasi yg dibuat memberi peluang bisnis utk modalnya kembali. Tidak ada yg gratis untuk sebuah pengorbanan.


 Terbukti keduanya sudah mencuri start 'memesan' aturan sebelum disosialisasikan kepada klub lain. Terkait aturan marque player yg bisa bermain melengkapi aturan 2 pemain non asia dan 1 pemain asia. Bahkan nama Michael Essien yg lebih dulu dikontrak Persib malah sudah me ghiasai beberapa iklan yg diendorse Persib Bandung.


 Daripada dijerat aturan oleh klub lain, maka pikir petinggi Persib sekalian operator harus direbut. Regulasipun bisa dimainkan. Mungkin kedepan kita juga akan bisa kita prediksi aturan budgeting cup dan salary cup juga akan dimainkan.

Andaikan ada klub yang  memprotes, Persib bersama operator yg baru yang bersekutu bangga dengan marquee playernya juga justru semakin menajamkan adanya tim kaya dan tim miskin. Tim timbyh punya semangat membangun untuk berproses menjadi profesional makin terhambat karena akan diabaikan oleh sponsor.Termasuk dalam perburuan pemain.


 Hal ini yg juga bisa memicu tingginya faktor non teknis akan terjadi dalam setiap pertandingan.Akan banyak cara yg bakal dilakukan tim tuan rumah utk mengganjal tim tamu karena jomplang secara teknis serta karena dipicu kecemburuan dan keberpihakan operator yg berlebihan kepada salah satu kontestan. Mungkin hal ini perlu dipikirkan kembali oleh petinggi operator juga PSSI sebagai penunjuk PT LIB. Utamanya PSSI bahwa sepakbola harus bisa dirasakan ekses positifnya dan merata di semua lini dan daerah. Bahwa sepakbola harus menjunjung tinggi kemajemukan.

Apalagi untuk Indonesia, sepakbola membawa misi alat pemersatu bangsa bukan malah pemicu kecemburuan potensi antar daerah. Kita harus hargai saudara saudara kita di Indonesia Timur yg mau berjuang melalui sepakbola sebagai alat pemersatu NKRI dan kontribusinya sangat besar kepada Timnas melalui talenta talenta pemainnya. Jangan sampai mereka merasa dianaktirikan apalagi dikucilkan secara bisnis dengan modus menggunakan regulasi. Semoga PSSI dan PT LIB segera siuman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun