Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kartini Modern Itu Sewot karena Anak-anak Bungsunya

21 April 2017   17:48 Diperbarui: 22 April 2017   04:00 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: bisnis.news.viva.co.id

Ada hal yang membuat gundah hatinya Sri Mulyani, salah seorang Kartini modern. Gulana itu bermula dari demonstrasi yang direncanakan anak-anaknya. Anak-anak yang masih dalam proses didikan di Sekolah Tinggi Administrasi Negara. Sebutlah mereka ini anak-anak bungsu Sri Mulyani. Anak-anaknya yang besar sudah bekerja di bawah komandonya, Kementerian Keuangan.

Anak-anak bungsu Sri Mulyani ini tidak setuju dengan utangan-utangan dimiliki pemerintah Indonesia. Hutang yang jumlahnya kian besar dari tahun ke tahun. Sehingga, anak-anak bungsu dari perempuan pertama yang menjadi menteri keuangan di republik ini, mau berdemonstrasi. Ditambah, anak-anak yang tentunya masih muda ini ingin sekaligus memprotes kenaikan bahan-bakar minyak dan listrik.

Masuk akal memang dasar argumentasi demonstrasinya. Kenaikan bahan bakar minyak dan listrik akan meningkatkan beban masyarakat. Ujung-ujungnya, kehidupan akan makin sulit dan tingkat kemiskinan bertambah. Hutang yang besar juga akan membebani rakyat dalam jangka lama.

Sepintas, mantan managing director Bank Dunia ini tidak suka dengan demonstrasi yang hendak dilakukan mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntasi Negara tersebut. Senyatanya, Sri tidak suka dengan caranya. Jika ingin menyampaiakn pendapat, perlu ditanyakan dulu kepada yang bersangkutan, yakni ibu menteri ini. Tidak dengan seenaknya mengatakan tidak suka utang. Tidak seenaknya juga meolak kenaikan listrik dan bahan-bakar tanpa mengetahui latar belakangnya. Apalagi, mereka calon yang akan menangani hal itu di suatu saat nanti.

Sebagai mahasiswa, Sri Mulyani ingin agar anak-anaknya itu berterus terang dengannya. Tidak hanya berteriak di pinggir jalan dengan lantang dan tidak menggunakan data yang valid. Di samping itu, Sri juga ingin menyamakan persepsi dengan anak-anak itu. Mereka tidak tahu kalau mereka juga sekaligus bagian dari pemerintahan yang sekarang berjalan. Investasi diberikan pemerintah untuk mendidik anak-anak itu agar berfungsi dan berguna di kemudian hari.

Di kesempatan lain, dalam sebuah kuliah umum pun, Sri juga pernah mengingatkan agar anak-anaknya bekerja dengan baik untuk negara. Negara membiayai mereka untuk menjadi teknokrat yang jujur dan berprestasi dan bukan malah menjadi future corruptor.

Untuk memastikan Indonesia dapat bersaing, pembangunan infrastruktur harus dilakukan secara masif dan serentak. Hal ini diakibatkan terlambatnya Indonesia membangun infrstruktur yang merata di Indonesia. Negara-negara maju telah memulainya sejak tahun 1950-an.

Pembangunan selama ini memang terlalu Jawa sentris. Pembangunan infrastruktur di sektor transportasi, energi, komunikasi, dan pendidikan banyak dilakukan di Jawa. Sementara di daerah, benda-benda itu sangat sedikit.

Hutang ini menjadi perlu untuk melakukan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Untuk menurunkan harga barang dan meningkatkan laju perekonomian, insfratruktur menjadi tulang punggungnya. Tanpa ini, tidak usah bicara pertumbuhan ekonomi, harga murah, persaingan dan harga yang kompetitif. Tak ayal, Keterbatasan ruang fiskal memaksa negara berhutang.

Perlukah Negara Berhutang?

Tidak satupun negara di dunia ini terlepas dari hutang. Bahkan Amerika Serikat sendiri memiliki hutang yang luar biasa besar. Sudah lebih besar dari rasio aman antara hutang dan PDB. Hutang juga bisa digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari opportunity cost. Negara memang membayar bunga, tetapi kebutuhan yang ada saat ini dapat dipenuhi saat ini juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun