Mohon tunggu...
Rina Natalia
Rina Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - -corin-

i juz an ex. Accountant with big luv on Writing and Singing. enjoy being a Marketing in the recent years 😉

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seminggu Setelah Vonis Ahok

17 Mei 2017   09:11 Diperbarui: 17 Mei 2017   09:33 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminggu sudah vonis Ahok dijatuhkan. Vonis yang membuat publik terhenyak, tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia. Dan sebagai warga negara Indonesia, jujur saya malu. Malu dengan betapa bobroknya hukum dan peradilan di negeri ini.

Ahok divonis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara 2 tahun penjara untuk kasus "Penodaan Agama", lebih berat dari tuntutan jaksa penuntut umum. Sebuah kasus yang sesungguhnya tidak pernah (tidak ada maksud) dilakukan Ahok.

Kasus ini bergulir dari sekitar Oktober 2016 lalu, bersamaan dengan pencalonan kembali Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kasus yang diprovokasi orang-orang sok suci di luar sana yang menuntut Ahok diadili. Dan celakanya, peradilan negeri ini pun seolah tunduk begitu saja terhadap orang-orang itu. Sidang demi sidang harus dijalani Ahok tiap minggunya. Dibarengi dengan aksi demo yang memilih tanggal-tanggal cantik. Tercatat aksi:  511, 412, 212, 313 dan 55. Katanya aksi damai...aksi bela agama. Hmm...pertanyaan saya, agama itu kan urusan pribadi dengan TUHAN ya. Dan TUHAN itu Maha Kuasa loh, DIA nggak butuh dibela. So, kalau ada aksi-aksi semacam itu berarti apa dong? Bela golongannya sendiri kan?

April 2017 Ahok harus menerima kekalahan dalam Pilgub DKI. Terlalu banyak fitnah maupun upaya-upaya untuk menjatuhkannya memang. Dari yang awalnya hanya persaingan politik, akhirnya merembet ke SARA. Negeri ini seperti kehilangan identitasnya sebagai bangsa yang ber Bhinneka Tunggal Ika :( Dan tidak mudah bagi seorang Ahok yang notabene etnis Tionghoa, kaum minoritas untuk bisa dihargai eksistensinya di negeri ini.

Ahok sendiri mungkin biasa-biasa saja menanggapi kekalahannya, tapi tidak bagi orang-orang di luar sana yang mampu melihat kebaikan Ahok lewat nuraninya. Ribuan karangan bunga di balai kota beberapa waktu lalu adalah bukti dan ekspresi bahwa Ahok tetap dipuja dan dicinta. Rasanya dalam sejarah pemerintahan di Indonesia, baru Ahok doang yang bisa begini.

Toh akhirnya lagi-lagi Ahok harus mengalah. Vonis tanggal 9 Mei 2017 lalu mengharuskan Ahok ditahan seketika seusai sidang. Itu mengecewakan...itu tidak adil! Saya pribadi nggak habis pikir dengan vonis tersebut. Bagaimana mungkin seorang yang jujur, nggak korupsi dan bekerja nyata untuk rakyatnya, dan hanya karena "keseleo lidah" harus ditahan bak penjahat kelas kakap. Sementara yang jauh lebih kriminal daripada Ahok dibiarkan bebas berkeliaran di luar sana?! Hmm...inilah Indonesia :O

Seminggu ini pula, seraya menunggu permohonan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta, berbagai aksi solidaritas dilakukan  untuk mendukung kebebasan Ahok. Mulai dari paduan suara di balaikota, aksi 1000 lilin dan pengumpulan copy KTP untuk penangguhan penahanan Ahok. Tidak hanya di Jakarta, tapi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan WNI di luar negeri seperti Belanda, Inggris, Jepang dan USA melakukan aksi serupa. PBB pun ikut bersuara, meminta Indonesia meninjau kembali pasal penodaan agama.

Berkaca dari semua itu, pemerintah Indonesia harusnya malu dan harusnya mengerti bahwa rakyat sesungguhnya butuh orang-orang seperti Ahok. Logika aja, kalau Ahok bukan orang baik nggak mungkin orang segitu banyaknya rela bela-belain dia.

Sudah saatnya Indonesia berbenah. Mudah-mudahan masih ada keadilan untuk Ahok. Minimal jadi tahanan kota lah, toh Ahok juga nggak akan kemana-mana. Semoga TUHAN senantiasa melindungi Ahok dan keluarganya melewati semua ini. Emas tetaplah emas, seberat apapun tempaannya. Saya hanya bisa berdoa...yang terbaik untuk Ahok...juga untuk kedamaian di Indonesia. Aminnn!

[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun