Dua hari belakangan ini, saya pengen beli spidol biru. Sudah beberapa tempat jual alat-alat tulis saya jabani, tetap tidak ketemu spidol yang saya maksud. Hanya ada spidol hitam-merah. Bukan karena kurang kerjaan, tapi ada sebuah keinginan buat mempunyai spidol biru. Spidol itu akan saya gunakan untuk memeriksa dan memonten hasil kerja murid saya di kelas.
Biasanya, atau kelazimannya, yang ditemui, untuk memeriksa biasanya guru menggunakan tinta warna merah. Awalnya, saya pun begitu. Saat sekolah dulu, guru-guru saya membetulkan atau menyalahkan hasil kerja saya dengan tinta merah. Tak ada bedanya dengan faktor nilai; meskipun dapat nilai 100, tetap saja tinta merah. Hanya di rapor saja yang dibedakan; hitam lulus merah gagal.
Hingga suatu ketika, saya berbincang dengan guru senior. Beliau bicara mengenai warna tinta dalam memeriksa pekerjaan sisiwa dan psikologi anak didik. Inti dari ucapnnya; tinta warna merah itu tidak baik karena bisa berdampak buruk pada jiwa si anak. Walau saat itu dia tidak bicara dengan teori-teori ilmiah, hanya menyampaikan pengetahuan yang didapatnya dari sekolah pendidikan guru dahula kala, saya langsung setuju.
Sebab itulah, saat pena merah yang biasa buat memeriksa tugas murid-murid hilang, saya tidak terlalu peduli atau mencoba membeli pena merah yang lain. Karena itu pula, saya ingin mencari spidol biru.
Ternyata, setelah ubek-ubek mbah gugel, saya menemukan artikel berkaitan dengan hal ini. Di Australia, telah dianjurkan buat pendidik untuk tidak menggunakan tinta merah dalam menilai kerja siswa. Menurut pihak kesehatan negara tersebut, tinta warna merah itu warna yang agresif dan bisa mempengaruhi mental siswa secara negatif. Bahkan, penelitian yang dilakukan di sana mengenai hal ini sampai mengkait-kaitkannya dengan angka bunuh diri remaja segala. Bikin ngeri saja...
Walau dipikir-pikir, saya dan teman-teman sekolah dulu diteror oleh tinta merah, alhamdulillah, tidak ada masalah. Dan, sependengaran saya, belum ada kasus mental disorder karena tugas sekolahnya diperiksa dengan tinta warna merah. Jadi...?
Namun, berjaga-jaga lebih baik dari pada mengobati kan? Toh, dalam benak sebagian murid saya udah mulai terpatri; gagal = merah....padahal bendera kita kan merah-putih (maaf jadi OTT :) )
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI