Mohon tunggu...
Rifki Feriandi
Rifki Feriandi Mohon Tunggu... Relawan - Open minded, easy going,

telat daki.... telat jalan-jalan.... tapi enjoy the life sajah...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rekapitulasi, Refleksi, dan Evaluasi Tantangan SamberTHR

19 Juni 2018   07:09 Diperbarui: 19 Juni 2018   08:58 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rekapitulasi tulisan SamberTHR penulis | Foto: Rifki Feriandi

Namun tidak bisa dipungkiri, ada juga banyak kesulitan yang dihadapi, terutama jika topiknya terlalu spesifik. Seperti topik 7, atur stamina saat bekerja. Sangat fokus untuk bekerja. Ayah centris. Tapi, ya akhirnya saya dekati juga dengan menjaga kebugaran ade dan ayah. Karena bukankah berjalan dan menjaga buah hati itu adalah kegiatan "bekerja" juga, kan?. Topik pro-kontra sahur on the road juga cukup sulit jika dibalut tema #adedanayah, meski akhirnya bisa didekati dengan cara pandang si Ade.

Ada juga sih yang sulit namun lucu. Topik 17, outfit lebaran. Gimana gak sulit coba. Ayah harus menulis tentang outfit buat lebaran buat si Ade. Sudah mah si Ayah tidak pernah mengikuti mode jadi tidak begitu paham tentang perbusanaan, eh ini dikaitkan dengan si Ade, busana anak kecil. Akhirnya saya perhatikan saja si Ade dalam berdandan seharian. Saya lihat-lihat lagi foto-foto si Ade selama ini. Yang cocok untuk ditulis adalah gaya si Ade itu yang casual ya. Baik ada acara resmi atau santai jalan-jalan, gaya itu cocok. Akhirnya, mengalirlah tulisan dengan judul "Apapun Outfitnya, Tetap Triple-C Gayanya: Tentang Outfit Anak Ramadan". Bagi saya, ini tulisan tersulit namun tulisan yang boleh saya banggakan, terutama karena si Ayah sering bergumam "Si Ade itu cantik ya". Eaa...co cwit.

Tidak bisa dipungkiri, banyak konten si Ayah juga dalam beberapa topik, terutama jika topiknya berkaitan dengan sesuatu yang jadul. Ayah is jaduler. Cerita masa kecil, mitos dan sejenisnya, otomatis cerita si Ayah mendominasi. Tapi, harapannya ya tetap dalam bingkai parenting #adedanayah.


Terakhir, ada sesuatu yang baru yang saya coba masukkan. Vlog. Iya, saya masukkan beberapa vlog ke dalam artikel untuk memperkuat cerita. Dan terus terang, tantangan Samber itu justru menjadi pemacu saya - eh si Ade deng - untuk memulai ngevlog. Dan buat si Ade, ini adalah saluran dia berkreasi, setelah dia menjadi percaya diri dan terpacu untuk ngevlog gegara Ria RIcis. Vlog yang ada di artikel Ria RIcis ini menjadi vlog pertama si Ade. Jangan tanya kualitasnya deh, yang pasti vlog ini membuat si Ade dan si Ayah bangga. Sebagai pemula sekali, boleh lah kualitasnya gak jelek-jelek amat. Tetapi, si Ayah bangga sekali dengan kegigihan si Ade. SI Ade mulai memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri. Pede. Dan tidak malu-malu malah cenderung bisa bercanda. Kalah si Ayah mah.

Evaluasi

Secara umum, tujuan saya mengikuti tantangan Samber telah berhasil. Samber berhasil membuat saya kembali menulis. Saya bisa konsisten. Dan, saya bisa menjaga fokus untuk tetap dalam satu balutan tema. Konsistensi dan fokus itu Alhamdulillah berhasil saya dalami.

Dari sisi Kompasiana sendiri, saya acungi jempol buat para admin Kompasiana. Ini tantangan seru dan produktif. Pemilihan topik dari pihak Kompasiana pun rasanya sudah bagus, karena sesuai dengan aura Ramadan. Perkara cenderung membosankan, ya itu wajar, karena topiknya melulu tentang Ramadan. Dan itu juga sebenarnya tantangan, bukan? Bagaimana sesuatu yang sepertinya membosankan bisa dinikmati prosesnya.

Dari sisi peserta, rasanya tidak banyak orang yang berani menerima tantangan ini. Praktis jika melihat dari hastag di Instagram, tantangan ini hanya diikuti oleh 18 orang Kompasianers yang aktif dan konsisten. Yang paling menarik di sini adalah tidak semua yang menyambut tantangan adalah muslim. Ada beberapa non-muslim yang ikut. Tapi, tulisan-tulisannya menarik, karena justru mengambil sudut pandang yang lain yang jarang didapat.

Dari sisi hadiah, hmm.... Hadiah utama sebuah hape keren itu sangat menarik. Dan bisa jadi, itu menjadi faktor utama banyak yang ikut serta, meskipun akhirnya banyak yang kehilangan kesempatan itu karena bolong menulisnya. Entahlah, awalnya saya berpikir jika lebih baik jumlah hadiahnya banyak meski menurunkan besaran hadiah, dibanding jumlahnya sedikit tetapi besarannya besar. Sekarang sih, saya berpikir lebih baik jumlah hadiahnya banyak dan besaran hadiahnya besar juga ...wkkwkwk.

Overall, saya pikir Kompasiana sudah berhasil membuat sebuah tantangan yang menarik. Angkat topi buat Kompasiana. Teteh-Teteh, Aa-Aa Admin semua, terima kasih sudah bersusah bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun