aku membaui aroma jeruk menuju perpisahan
antara desah air dan gerimis yang lupa turun
mengetok-ngetok dinding
sang amuk berujung rutuk
membanting-banting pintu
sang makar mengancam pelatuk
di sini indah menikmati perpisahan
tingkat tujuh toilet berbintang
mengedan kesakitan yang dihempas penguasa
mengumpul kata-kata bermartabat
inginku mereka bertutur kata sahabat
kendati sering tak sepakat
aku berpisah dari kenyangnya makan siang
orang-orang merasa lapar saling menghunus
kebusukan
anak-anak hilang pegangan
selesai
kutekan titik perpisahan, terhanyut
tapi dadaku masih penuh melihat darah memayungi angkasa
aku kehilangan ramah-tamah
Ujung Latah, 919