Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salah Memilih dan Memilah Cinta

25 Juni 2019   13:13 Diperbarui: 25 Juni 2019   13:30 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay

Cinta itu memang membingungkan. Dia bisa membuatmu sangat bahagia, sebaliknya dia juga bisa menyebabkanmu sangat sengsara. Semua itu tergantung dari cara memilih dan memilah cinta sesuai dengan porsinya. Salah memilih dan memilahnya, maka menyebabkanmu menderita.

Begitu pula yang berlaku kepada diri ini. Dulu, sekitar awal tahun 1995, aku mengenal seorang cowok yang merupakan teman sekampusku. Sebut sama namanya Rio. Lelaki dengan wajah "sederhana", juga berasal dari keluarga sederhana. Tapi sungguh, hatinya sangatlah tak sederhana. Dia memiliki hati yang istimewa. Rio itu orang penyabar dan sangat pengertian. Kalau saja ada seseorang yang mengecewakannya sekali, lalu mengecewakannya lagi berkali-kali, dia tetaplah tabah. Dia selalu berprasangka baik dengan menganggap orang itu memiliki jawaban tersendiri atas perbuatannya.

Awalnya, aku menganggapnya sebagai cowok culun, seperti yang biasa diprasangkakan orang lain. Bahkan tak jarang, aku juga senang mengerjainya. Aku geli bila suatu saat membuatnya gugup dengan mengatakan rasa cintaku kepadanya. Sementara di lain hari, aku mengatakan bahwa ucapanku hanya main-main. Sekedar iseng, sehingga bisa kutangkap rasa kecewa dari ujung matanya. Namun dia  tak marah, selain berusaha menanggapiku dengan tawa renyah.

Mungkin karena sering bertemu dengan Rio, apalagi dia kerap membantuku memahami pelajaran di kampus, akhirnya memunculkan benih-benih cinta di hati ini. Aku berusaha menutup-nutupi, bahkan menghindarinya. Sayang, aku tetap tak bisa. Sekuat apapun aku berjuang, namun rasa itu tetap menyeruak. Belakangan, ketika dia mengucapkan rasa sukanya kepadaku dengan sangat gugup, aku pun mengiyakan tanpa ragu-ragu.

Aku tak perduli manakala teman-teman sekampus langsung menyalahkanku karena telah memilih Rio sebagai kekasihku. Mereka heran, bagaimana mungkin orang secantik aku, bisa jatuh hati kepada cowok "mengecewakan" seperti dia. Bukankah dia memiliki wajah dan status keluarga pas-pasan? Tapi, toh aku tak perduli. Kukatakan saja, bahwa aku jatuh cinta pada perilakunya. Jatuh cinta pada hatinya yang seperti pualam.

Perjalanan cinta kami berjalan cukup mulus. Kami berjanji kelak akan melanjutkannya ke jenjang lebih tinggi. Aku dan Rio akan menikah ketika waktunya tiba.

Setelah menjadi kekasihnya hampir empat tahun, di penghujung tahun 1999, aku berkenalan dengan Ical di sebuah acara bursa kerja di kotaku. Kebetulan saat itu aku sudah tamat kuliah, jadi iseng-iseng mendatangi bursa kerja demi mendapatkan pekerjaan di tengah sempitnya lowongan yang tersedia.

Ical orang yang supel. Dia berwajah tampan, sekaligus berasal dari keluarga kaya. Di samping itu, dia telah bekerja. Aku heran, kenapa dia masih membela-belain datang ke bursa kerja, sementara dirinya telah bekerja. Ical menjawab iseng saja. Lagipula karena keisengannyalah, dia bisa bertemu cewek semenarik diriku.

Siapa yang tak jengah disanjung seperti itu. Dia benar-benar tipe cowok yang bisa mengharubirukan perasaan cewek. Sayang, aku telah mempunyai seorang Rio, sehingga ketika di hari lain Ical mengucapkan rasa cintanya, aku terpaksa menolak secara halus.

Ternyata dia benar-benar pejuang sejati. Meskipun cintanya kutolak, Ical tetap gigih mendekatiku. Berkali-kali dia datang ke rumah,  bahkan kerap berbarengan dengan Rio, sehingga membuatku serba tak enak hati.

Entah karena rutinitas pertemuan dengan Ical, atau ada hal lain yang mempengaruhi, tiba-tiba aku mulai sering membanding-bandingkan dirinya dengan Rio. Ical tampan, Rio tidak. Ical telah bekerja, Rio belum. Ical berasal dari keluarga kaya, sedangkan Rio dari keluarga sederhana. Ah, sungguh kelebihan-kelebihan yang dimiliki Ical, membuat hatiku goyah. Ujung-ujungnya, aku memutuskan menerima cintanya, dan mematahkan perasaan Rio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun