Iseng-iseng buka catatan buku harian ketika mahasiswa tak sengaja kubuka halamanya dengan acak, 30 Juli 2013
Rencana ini begitu lama terbincangkan dalam pikiranku, Memang, perlu semacam kerja keras yang sangat keras hingga mungkin mampu merontokkan semangat mempersiapkan UTS/UAS untuk menkonkritkan rencana ini. Tak lain hal ini disebabkan banyaknya aktivitas mahasiswa-mahasiswi di dalam kerumunan uas/uts ini. Maklum semuanya adalah mahasiswa super-sibuk, walaupun ada juga yang hanya berpura-pura sibuk agar conform dengan yang lain. Begitulah susana Fakultas Manusia Universitas Pahlawan Jawa Tengah.
Berlanjut dengan rencana tadi. Awalnya saya sebenarnya ingin melakukan perjalanan seperti yang dilakukan Pocahontas di Amerika dengan settingnya pulau Jawa dan rute berakhir di Jogjakarta. Hanya saja seiring dengan berjalannya waktu, tampaknya terjadi revolusi besar-besaran terhadap rencana itu. Perjalanan ini akhirnya berubah menjadi perjalanan menuju Jogjakarta dengan menggunakan modal sekecil-kecilnya. Lalu di akhir cerita menyatakan cinta pada salah satu wanita dalam organisasi mahasiswa yang saya ikuti.
Setelah semua terlihat beres maka disusunlah sasaran siapa saja kandidat wanita yang bakal menjadi duta pedamping menuju Jogjakarta. Maka lepas dari silang pendapat di antara otak saya, sedikit seleksi alam, terpilihlah kandidat 3 wanita yang akan menuju Yogyakarta. Siapa saja orang-orang itu?
Dik Ade
Begitu aku memanggilnya. Memiliki postur ideal membuatnya banyak dilirik pria di kampus. Tenang saja dia bukan tipe wanita yang suka di lirak-lirik, cukup suat-suit saja. He he… kalau yang ini becanda. Di perjalanan kali ini tampaknya secara tidak langsung ialah primadonanya. Ini juga, mungkin, salah satu dari curhatanya tempo hari: “Mas aku kangen adiku yang kuliah di Jogjakarta, Masnya kan orang magelang, klo pulang sekali-kali aku ikutan dong”.
Di perjalanan kali ini pun tampaknya dia yang memberi stimulus tentang apa yang akan dilakukan, ke mana arah perjalanan, bahkan hingga di mana tempat makan. Selain itu, dengan bantuan dan koneksi yang ia miliki, kita semua dapat menghemat pengeluaran selama 3 hari di Jogjakarta. Maklum saja. Dik Ade merupakan bendahara organisasi tempatku menjadi wakil ketuanya.
DIk Dinda
“Seterong Mas Setrong!!” adalah quote terpenting orang ini dalam perjalanan. Di antara yang lain ia adalah orang yang paling Indonesia. Ia sudah kemana-mana maklum ia orang Mapala (mahasiswa pecinta alam). Walau masih memiliki trah raja mataram dengan gelar raden roro, tak tampak rasa tinggi hatinya. Dengan tampang yang khas Mongoloid, yang ketika tertawa hanya menyisakan gingsul manisnya membuat dia banyak diduga saudari kembar salah satu artis ibukota.
Malangnya ia adalah wanita pertama dan satu-satunya yang mungkin paling cepat bosan dalam perjalanan ini. Maklum saja rumahnya sama di Magelang seperti saya. Jogja ibarat halaman rumah kami. Sudah jadi makanan sehari-hari.
Hati kecil saya berkata akan lebih mudah mengajak sekaligus menembaknya nanti di Jogjakarta sebab kita sudah sering pulang kampung bersama.