Mohon tunggu...
Rendra Manaba
Rendra Manaba Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat Kreatifitas

bermain dengan rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajahi Benteng di Dalam Awan

30 Juli 2015   00:24 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:51 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Wisata Tangkeno “Negeri Di Awan”

Desa Tangkeno merupakan wilayah Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Desa Tangkeno berada di ketinggian ± 650m dpl, tepat berada dilereng salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Tenggara yaitu gunung Sabampolulu yang memiliki ketinggian 1500 m. Jarak dari Tangkeno ke ibukota Kecamatan Kabaena Tengah di Lengora adalah ± 10 km, jarak dari Dongkala yang merupakan wilayah pesisir laut masuk dalam Kecamatan Kabaena Timur yang rutin disandari oleh kapal menuju Kota Baubau berjarak ± 19 km menuju Tangkeno, sementara jarak dari Sikeli Kecamatan Kabaena Barat yang menjadi jalur utama kapal dari Rumbia ibukota Kabupaten Bombana ke Tangkeno ± 17 km.

Tangkeno merupakan pemekaran dari Desa Enano. Pada awal pemekaran, Desa Tangkeno bernama Desa Enano di Tangkeno, sedangkan Desa induk disebut Desa Tangkeno di Enano. Perubahan nama Desa dari Desa Enano di Tangkeno menjadi Desa Tangkeno terjadi pada tahun 2013. Penetapan Desa Tangkeno sebagai Desa Wisata tentunya tidak lepas dari keberadaan potensi pariwisata yang ada di Tangkeno yaitu berupa pemandangan alam, situs sejarah, air terjun, lokasi tracking dan kearifan lokal. Wilayahnya merupakan daerah pegunungan yang berada diketinggian hingga bersatu dengan awan yang selalu menghiasi langit disetiap matahari mulai terbit kemudian terbenam kembali.

Gunung Sabampolulu

Puncak Gunung Sabampolulu

Pemerintah Kabupaten Bombana menetapkan Desa Tangkeno sebagai Desa Wisata dengan mengangkat tagline “Negeri Di Awan”. Ini merupakan upaya nyata dari seluruh warga pulau Kabaena untuk mendorong pengembangan industri pariwisata sekaligus pelestarian situs sejarah, seni budaya, adat istiadat dan kearifan lokal yang masih terjaga dengan sangat baik di Tangkeno, yang merupakan daerah resapan air pulau Kabaena. Negeri Di Awan bukan hanya sekedar tagline ataupun istilah belaka, Desa Tangkeno merupakan wujud nyata dimana posisinya benar-benar berada di dalam awan yang memberikan kesejukan alamiah membendung teriknya sinar matahari dengan beragam keindahan alam yang menakjubkan.

Disini terdapat beberapa spot wisata yang sungguh memukau mata, hati dan rasa. Tercatat ada delapan spot pariwisata, diantaranya: Bantea Ponahuagola (pondok pembuatan gula aren), Pintu Gerbang Desa Wisata Tangkeno “Negeri di Awan”, Benteng Tawulaagi, Bantea Mpogurua (rumah belajar), Anjungan Tangkeno, Benteng Tuntuntari, Tondopano (air terjun) dan Puncak Gunung Sabampolulu. Dari sini dapat terlihat jelas puncak gunung Sangiawita yang cukup unik, berupa batu besar berbentuk tanduk ataupun mahkota Mokole/Sangia/Raja tepat berada diatas kepala gunung Sangiawita.

gunung Sangiawita

Di Desa Wisata Tangkeno terdapat Benteng Tuntuntari yang memiliki letak sangat strategis, karena dari sini dapat terlihat jelas wilayah Kabaena bagian timur, selatan, barat maupun utara. Benteng ini dibangun pada zaman Kerajaan Moronene Tokotua/Kotua masih dalam satu kekuasaan yang diyakini dibangun pada tahun 1600-an. Di dalam benteng tersebut terdapat beberapa makam leluhur penduduk Tangkeno. Benteng Tuntuntari memiliki peranan penting bagi seluruh warga pulau Kabaena, karena benteng ini merupakan tempat teraman dan menjadi pelindung terakhir bagi segenap rakyat Tokotua/Kotua dari marah bahaya ataupun serangan musuh.

gerbang Benteng Tuntuntari

Lokasi Benteng Tuntuntari sangat tersembunyi dan letaknya sangat berliku walaupun berada tidak terlalu jauh dari perkambungan warga Desa Tangkeno sekitar ± 3 km. Untuk menuju ke sana melewati lembah dan beberapa bukit naik turun, naik turun. Dahulu hingga di masa pemberontakan DI/TII Benteng ini sangat sulit untuk dicari ataupun didapat, karena tempatnya tertutupi oleh pohon bamboo diseluruh bagian benteng baik depan, belakang maupun samping kiri dan kanan.. Menempuhnya dengan berjalan kaki, satu-satunya kendaraan yang dapat digunakan untuk menuju ke Benteng tersebut adalah dengan berkuda tanpa kereta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun