Mohon tunggu...
Religius Perdana
Religius Perdana Mohon Tunggu... DEVELOPER PROPERTI -

Karena produktifitas tidak hanya dilihat dari kuantitas, tapi juga kualitas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ladies, 2 Tantangan Ini Bisa Mengancam Kepercayaan Dirimu

29 April 2017   20:17 Diperbarui: 30 April 2017   13:03 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.bbc.com

Beberapa waktu yang lalu saya menulis mengenai catcall, yang menjadi momok bagi kaum perempuan. Masih berhubungan, kali ini saya mencoba membahas mengenai hal yang seringkali menjadi topik hangat di kalangan perempuan: bentuk tubuh ideal.

Banyak cara ditempuh untuk mencapai bentuk tubuh yang ideal. Mulai dari olahraga, mengurangi porsi makan, diet ketat, hingga menggunakan produk-produk yang banyak dijual di pasaran. Tidak peduli apakah komposisinya benar-benar mendukung tujuan mereka. Seringkali asumsi hanya mengacu pada beberapa hal: iklan dan testimoni. Eh sebentar, bagaimana sebenarnya bentuk tubuh yang ideal itu?

Beberapa abad yang lalu, bentuk tubuh yang gemuk merupakan bentuk tubuh yang sangat ideal. Ini mengacu pada anggapan bahwa perempuan berpinggang lebar merupakan perempuan yang subur. Seiring dengan berjalannya waktu, anggapan ini berubah. Perut rata yang ditambah dengan payudara besar merupakan dambaan tiap perempuan sejak pertengahan abad 20. Lalu bagaimana dengan ideal versi saat ini?

Banyak pendapat mengenai kriteria bentuk tubuh yang ideal saat ini, yang tentu tidak dapat ditentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Sebenarnya sudah ada penelitian yang biasa digunakan kaum awam untuk menghitungnya, yaitu Rumus Rocha:

Berat wanita ideal = (Tinggi badan – 100) – (15% x (Tinggi badan – 100))

Berat pria ideal = (Tinggi badan – 100) – (10% x (Tinggi badan – 100))

Angka ini dapat dijadikan patokan pribadi. Jika berat badan jauh melebihi hitungan di atas, sebaiknya dilakukan upaya untuk menurunkannya. Begitu pula sebaliknya. Sehingga wajar rasanya yang gemuk ingin lebih kurus dan yang kurus ingin lebih gemuk.

Masalahnya, makna gemuk dan kurus merupakan kosa kata yang relatif, tergantung dari persepsi tiap orang. Tentu kita banyak melihat orang yang sudah kurus, tapi masih menerapkan diet ketat karena kurang puas dengan kondisi tubuhnya. Kadang saya berpikir, mungkin bentuk tubuh yang ideal baginya adalah rangka yang dibalut dengan kulit. Duh!

Dari berbagai persepsi mengenai bentuk tubuh yang ideal, mayoritas orang (terutama perempuan) saat ini menginginkan tubuh yang langsing. Kosa kata langsing lebih sopan sepertinya daripada kurus. Lucunya, di luar negeri banyak hal dilakukan untuk menguji tingkat kelangsingan seseorang. Mari kita bahas beberapa diantaranya.

Collarbone challenge merupakan tantangan pertama yang ingin saya bahas. Ini merupakan tantangan dimana perempuan harus meletakkan koin dalam posisi berdiri sebanyak mungkin di tulang selangkanya. Semakin banyak koin yang berhasil diletakkan, maka kriteria lansing sudah menjadi miliknya. Banyak yang mengganti koin dengan berbagai benda lain, seperti strawberry dan telur. Di Indonesia, banyak yang menyebutnya “tempat sabun”. Tentu terasa familiar, bukan?

Tantangan berikutnya merupakan bellybutton challenge, dimana seseorang memegang pusarnya sendiri dengan melingkarkan tangannya melalui bagian belakang tubuh. Jika berhasil, kriteria langsing sudah dipenuhi. Ada pula yang memakai lipstick dengan melingkarkan tangan melalui bagian belakang kepalanya. Ini mengingatkan saya kepada salah satu tokoh Fantastic Four.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun