Mohon tunggu...
Rafli Hasan
Rafli Hasan Mohon Tunggu... -

columnist, urban traveler, blogger

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dinamit Hilang, Teror Menjelang?

28 Juni 2013   14:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:17 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1372403555953435169

[caption id="attachment_251775" align="alignnone" width="565" caption="Gambar ilustrasi (Sumber: tribunnews.com) "][/caption]

Polisi terus mencari dua kotak dinamit seberat 50 kg yang hilang dalam perjalanan dari Kabupaten Subang menuju kawasan Pertambangan di Cigudeg, Bogor Jawa Barat. Polisi hingga saat ini belum bisa memastikan motif dari hilangnya dinamit tersebut apakah terkait terror ataupun murni kriminal. Yang sudah hampir dapat dipastikan jika polisi belum juga menemukan dinamit tersebut, maka terror yang mengancam keamanan dan kenyamanan masyarakat bukan mustahil dapat terjadi.

Berita hilangnya 250 dinamit yang dibawa oleh truk pengangkut peralatan bahan-bahan peledak tersebut, mengingatkan saya kembali pada peristiwa yang hampir sama pada tahun 2000an di Nanggroe Aceh Darussalam, ketika Perusahaan asing Exxon Mobile Oil di Aceh Utara dibobol para anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan mengambil paksa ribuan detonator dan bahan peledak. Setelah kejadian itu, kita semua melihat dan mendengar betapa terror mulai ditebar, bukan hanya aparat keamanan yang menjadi sasaran, namun juga masyarakat sipil dan fasilitas umum yang ada. Sebagai contohnya, peledakan tower listrik di Aceh Timur pada tahun 2001-2003 “berhasil” menggelapgulitakan daerah itu selama lebih dari 6 bulan. Korban jiwa pun berjatuhan, baik sipil maupun militer. Sementara “barang hilang” milik Exxon Mobile Oil tersebut tetap menjadi misteri hingga saat ini dan menjadi salah satu kasus pencurian terbesar yang “terpaksa ditutup” oleh pihak kepolisian karena (lagi-lagi) polisi menemukan jalan buntu untuk memecahkannya.

Ditinjau dari sudut pandang politik pada masa itu pun, dapat dikatakan penyebaran detonator dan bahan peledak liar milik Exxon Mobile Oil itu seolah “dilupakan” sehingga ketika Aceh Monitoring Mission (AMM) mengumpulkan senjata milik GAM, hampir tidak ada di antaranya bahan peledak maupun detonator yang dikumpulkan, apalagi “barang hilang” milik Exxon tersebut. Dampak dari “terlupakannya” bahan peledak dan detonator milik Exxon itu adalah seperti kita ketahui bersama, berbagai kasus terror yang tidak saja menjatuhkan korban jiwa di pihak militer, namun juga sipil dan fasilitas umum yang sangat strategis bagi masyarakat, dan bahkan sangat mungkin aksi-aksi terror yang terjadi akhir-akhir ini di Aceh yang menggunakan bahan peledak bukan tidak mustahil berasal dari “barang hilang” tersebut.

Pengalaman peristiwa di Aceh pada masa itu, hendaknya menjadi pelajaran bahwa barang-barang yang sangat berbahaya bagi masyarakat seharusnya memperoleh perhatian lebih dengan membatasi akses dalam memperolehnya. Bukan tidak mungkin, apabila barang-barang tersebut jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, maka saya atau anda serta banyak orang lainnya akan menjadi korban karenanya, sebagaimana yang terjadi di Aceh. Oleh karenanya, Polisi harus menuntaskan kasus ini dengan tuntas dan menemukan kembali dinamit-dinamit yang hilang itu demi keamanan dan kenyamanan masyarakat. Tentu akan sangat mengerikan apabila membayangkan 1 buah dinamit saja diletakkan di fasilitas umum ketika kita dan keluarga tengah berkunjung ke tempat itu, maka akibat dinamit hilang, terror kita jelang. Naudzuubillah min dzaliik.

Rafli Hasan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun