Mohon tunggu...
Rachman Esha
Rachman Esha Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menunggu "Darling"

29 Maret 2019   14:26 Diperbarui: 29 Maret 2019   15:03 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setiap datang musim hujan, kita selalu disuguhi dengan berita atau informasi banjir, banjir dan banjir dimana-mana baik itu di kota ataupun desa. Masalah banjir ternyata saat ini bukan dilema orang yang berada di kota saja namun juga sudah menjadi persoalan masyarakat yang tinggal di pedesaan.

Banjir salah satu masalah lingkungan hidup yang merupakan isu besar dan tak pernah berkesudahan, ini tentu memerlukan perhatian khusus dari kita semua. Setiap orang diharapkan berpartisipasi dan bertanggung jawab untuk mengatasinya, minimal secara sederhana dengan memperhatikan lingkungan sekitar.

Di beberapa daerah, masalah banjir  sudah nampak kritis, ini akibat tata kelola lingkungan yang tidak jelas serta gersangnya tanah serta gunung-gunung yang gundul akibat pembabatan hutan yang semena-mena. Air sungai juga tidak luput dari keruh dan menghitam akibat erosi tanah bercampur dengan limbah produksi manusia yang dibuang ke sungai tanpa tanggung jawab. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup menyebabkan banyaknya kejadian yang merugikan sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung.

Melihat kenyataan dewasa ini, seyogyanya menjadi perhatian serius, antara lain.

1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan lingkungan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai anggota masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, misal dengan membuang sampah seenaknya di jalanan atau meletakan sampah di pinggir jalan s eolah bukan miliknya lagi.

Banyak yang tidak menyadari bahwa pola kehidupan modern saat ini sangat mempengaruhi lingkungan dan konsisi bumi secara keseluruhan. Kemakmuran yang semakin tinggi telah memberikan fasilitas hidup semakin mudah melalui perkembangan teknologi.

Akibatnya penggunaan listrik terutama untuk keperluan rumah tangga menjadi sangat besar dan terus menerus seperti lemari es, mesin cuci, komputer, AC, audio dan sebagainya. Sedangkan kebiasaan shopping atau memborong belanjaan menyebabkan bertumpuknya sampah kantong plastik, piring, cangkir dan botol plastik serta sebagainya.

Menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), penggunaan kemasan pada produk pangan untuk rumah tangga cukup besar yaitu 10 -- 30 persen setiap tahun. Sampah plastik ini termasuk bahan yang sulit untuk hancur, diperkirakan memakan waktu 250 tahun untuk menghancurkan secara proses alami, sedangkan penghancuran daun pisang atau daun jati hanya 2,5 bulan.

2. Tidak tegasnya pemerintah melaksanakan peraturan

Sering peraturan perundangan dibuat terlambat dan baru muncul setelah terjadi sesuatu yang merugikan masyarakat. Di samping itu peraturan yang sudah ada pelaksanaannya tidak tegas yang menyebabkan peraturannya mandul. Sebagai contoh, banyak peraturan dan perundangan yang menyangkut kehutanan baik menyangkut pelestarian, pemanfaatan dan sebagainya, namun dalam pelaksanaannya masih tetap saja ribet dan pabaliut. Akhirnya tetap saja penggundulan hutan berjalan terus, banjir pun dimana-mana.

3. Perhatian dan usaha penanggulangan lingkungan rendah

Untuk menanggulangi masalah lingkungan diperlukan perhatian seluruh elemen masyarakat pemerintah maupun swasta. Hal ini terkait dengan lingkungan itu sendiri yang melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia tanpa mengenal batas, sehingga perlu dipelihara dan ditata. Betapa pun melimpahnay sumber alam, tidaklah hanya milik kita sendiri, namun juga milik generasi mendatang.

Kebiasaan dan kesadaran membuang sampah pada tempatnya sebenarnya sudah sangat penting untuk dimasyarakatkan sehingga membudaya karena budaya peduli lingkungan telah merupakan jati diri bangsa.

Selain itu kesadaran saling menegur antara sesama manusia ketika tanpa sadar membuang sampah bekas bungkus kue atau apapun ke tanah patut untuk dibudayakan karena saat ini masyarakat sudah cenderung cuek dan masa bodoh jika ada orang yang buang sampah sembarangan apalagi hal yang lebih besar. Budaya saling menegur ini diharapkan mampu membuat malu dan menjadi beban moral.

Kita juga perlu menjaga kelestarian sumber alam lainnya seperti pelestarian hutan mangrove di sepanjang pantai untuk mencegah erosi dan banjir serta menjaga habitat aneka hewan langka seperti monyel, reptil dan persemaian berbagai jenis ikan dan udang.

Juga, secara bersama masyarakat dunia perlu waspada dengan menipisnya lapisan ozon yang berfungsi melindungi bumi dan sisinya dari pengaruh ultra violet sinar matahari yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit dan mengancam pemanasan global.

Terbentuknya common interest seluruh lapisan masyarakat dan mengakui suatu ide dasar bahwa sistem alam atau sistem ekologis dan sistem ekonomi buatan manusia tidak dapat dipandang secara terpisah-pisah, tetapi harus ditangani secara terpadu. Konsep penanganan lingkungan harus termasuk dalam konteks pembangunan atau yang disebut berwawasan lingkungan.

Konklusi

Walaupun diharapkan agar setiap orang peduli akan lingkungan, namun kenyataannya masih banyak anggota masyarakat yang belum sadar akan makna lingkungan itu sendiri.

Apa yang salah? Tidak pedulikah pemerintah terhadap hal itu? Tentu saja bukan, karena beberapa program puluhan bahkan ratusan miliar uang sudah digelontorkan untuk mensulap hutan gundul menjadi rimbun dan lahan kritis menjadi produktif. Namun tetap saja hal itu belum menjadi daya dukung untuk mencegah terjadinya bencana banjir dan longsor.

Harus ada langkah konkrit yang buukan sekedar penanggulangan pasca bencana atau sekedar melaksanakan program untuk menggugurkan kewajiban renja. Tapi program yang berkesinambungan dan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Program Kesadaran Lingkungan (Darling)

Kalau dalam masalah hukum ada program Sadar Hukum (Darkum), kenapa tidak tidak kita canangkan Sadar Lingkungan (Darling). Karena dari kesadaran akan pentingnya lingkungan inilah pola buang sampah sembarangan, babad hutan semena-mena, gali  gasir semaunya, bisa tereliminasi sedikit demi sedikit.

Sayang jika ratusan miliar anggaran digelontorkan tiap tahun baik APBN atau pun APBD  untuk program lingkungan hidup tapi tidak menyentuh untuk menyadakarkan masyarakat akan fungsi dari kelestarian lingkungan, tak ubahnya semua itu ibarat menulis di atas air.

Kita tunggu kedatanganmu Darling !!!

Tulisan ini juga dimuat di www.dejurnal.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun