Mohon tunggu...
Ria Anggraini
Ria Anggraini Mohon Tunggu... Human Resources - Ordinary people

Orang biasa yang suka menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengemis tapi Tajir

1 Desember 2019   18:10 Diperbarui: 1 Desember 2019   18:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari lalu pengemis tajir kembali tercyduk dengan membawa uang ratusan juta rupiah. Dan pengemis ini pun sebelumnya pernah tertangkap dengan hal serupa di tahun 2017.

Pengemis lelaki berdarah Minang ini tak kapok kembali mengemis meski pernah tertangkap dua tahun lalu. 

Saat pertama kali tercyduk di tahun 2017, pengemis dengan nama Mukhlis ini kedapatan membawa uang 90 juta rupiah dan di tahun 2019 ini si pengemis tersebut kedapatan membawa uang sebesar 194 juta. Wow! Jumlah yang sangat fantastis. Dalam kurun kurang dari dua tahun Pak Mukhlis berhasil meningkatkan pendapatannya dua kali lipat lebih. Karyawan mah nggak ada apa-apanya. 

Di tahun 2017 sebenarnya Pak Mukhlis sudah berjanji kepada pihak Sudin Jaksel saat itu untuk tidak mengemis lagi tapi setelah ditagih janjinya tersebut,  ia berdalih masih membutuhkan banyak uang tanpa di infokan untuk apa. 

Sebelum dilakukan penangkapan pengemis tajir ini petugas sudah terlebih dahulu melakukan pengintaian. Dimana beberapa kali Pak Mukhlis terlihat bolak-balik ke salah satu bank swasta untuk menyetor hasil mengemisnya. 

Melihat penghasilan pengemis Ibukota cukup mengejutkan ya. Gimana nggak, si pengemis ini berhasil melipatgandakan hasil mengemisnya dalam waktu kurang dari dua tahun. Itu berarti masih banyak penduduk Jakarta yang memiliki jiwa sosial tinggi. Padahal kota ini konon memiliki julukan lebih kejam dari ibu tiri. Apalagi dengan tidak maksimalnya pertumbuhan ekonomi belakangan ini. 

Kalau dihitung-hitung lebih besar penghasilan seorang pengemis dibanding pekerja kantoran yang keluar masuk gedung bertingkat dan harus terlihat good looking setiap harinya. Belum lagi harus berangkat pagi pulang malam. Sebaliknya  seorang pengemis nggak mandi beberapa haripun dengan baju yang sama bukan masalah, malah itu mendukung pekerjaannya. Dan pastinya pengemis itu  tidak mengenal 7 P alias Pergi Pagi-Pagi Pulang malam badan Pegal-pegal.

Kalau sudah begini apa sebaiknya kita tidak memberi kepada pengemis yang berkeliaran di Jakarta? 

Ya nggak gitu juga, semua kembali kepada diri masing-masing dan dengarkan kata nurani kita. Setelah memberi ya ikhlaskan saja, tokh ada malaikat yang selalu mencatat amal kebaikan kita. Bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun