Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Kampanye Akbar Prabowo-Sandi, Pesan Kuat untuk Indonesia Berakal Sehat

7 April 2019   20:55 Diperbarui: 8 April 2019   07:17 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak

Ya, diksi "akal sehat" selama ini memang kerap digaungkan pendukung Prabowo-Sandi. Bukan tanpa alasan jika mereka sering melontarkan diksi ini. Juga bukan dengan maksud untuk merendahkan mereka yang tidak berpihak dan sependirian. Mereka melontarkan diksi "Akal Sehat" sebagai upaya untuk menyadarkan kembali narasi pembangunan yang disesatkan oleh pemerintah selama 4,5 tahun.

Seumur hidup sebagai warga negara Indonesia yang sadar politik dan memiliki hak suara, belum pernah saya menjumpai pemimpin negara yang dipoles dan dicitrakan demikian hebatnya oleh media selain Jokowi. Pencitraan yang dilakukan media terhadap Jokowi begitu hebatnya, hingga membuat banyak pendukungnya terjebak dalam glorifikasi dan pengkultusan pribadi. Lihatlah bagaimana mereka memberitakan proses pembangunan di negara kita. Semua berkat jasa Jokowi.

Presiden Jokowi selama kepemimpinannya memang berjasa. Banyak pembangunan dilakukan, terutama dalam sektor infrastruktur. Sayang sekali, narasi yang menyertai pembangunan tersebut dibelokkan sedemikian rupa, sehingga seolah-olah hanya Presiden Jokowi lah yang melakukannya. Mengabaikan apa yang sudah dirintis dan dilakukan pemimpin-pemimpin sebelumnya. Inilah salah satu bentuk "kesesatan" yang bisa mendegradasi akal sehat kita.

Tak hanya itu, beberapa pernyataan yang disampaikan pemerintah, baik itu datang dari Presiden Jokowi sendiri maupun pejabat dan organisasi pendukungnya juga sering ambigu, bias dan tendensius dalam memandang dan memperlakukan pihak yang berseberangan.

Mereka sering menuduh Prabowo menebar ketakutan dan rasa pesimis. Padahal tanpa disadari, mereka sendiri juga sering menebar ketakutan pada masyarakat.

Masih segar dalam ingatan dan jejak digital, bagaimana narasi yang mereka bentuk sewaktu kontestasi pilkada DKI Jakarta. Pendukung calon petahana menebar ketakutan bahwa Jakarta akan dibuat bersyariah dan kondisinya akan menjadi seperti Suriah. Faktanya, 1,5 tahun gubernur terpilih Anies Baswedan memimpin ibukota, suasana justru sangat kondusif dan sejuk.

Baru-baru ini saja Presiden Jokowi juga "menebar ketakutan", meskipun dibalut dengan saran kewaspadaan akan pentingnya persatuan dan kesatuan. Bahwa jangan sampai kita menjadi Afghanistan, terpecah belah dalam perang antar saudara sendiri. Seandainya pernyataan itu dilontarkan oleh Prabowo, bisa dibayangkan sendiri bagaimana media akan menggorengnya sedemikian rupa. Bahwa Prabowo pesimis, menebar teror rasa takut, dan narasi negatif lainnya.

Seperti inilah gambaran dari "ketidaksehatan akal" yang disodorkan pemerintah pada kita semua. Dan pada kampanye akbar Prabowo-Sandi di GBK Minggu pagi tadi, jutaan massa yang hadir menginginkan perubahan. Menginginkan kemenangan Indonesia yang berakal sehat.

Jutaan massa yang hadir di kampanye Akbar Prabowo-Sandi juga bisa dikatakan mempertegas fenomena anomali yang terjadi selama kontestasi pilpres 2019. Hampir semua lembaga survei mengunggulkan elektabilitas pasangan nomor 01 dibandingkan Prabowo-Sandi, dengan selisih yang cukup timpang. Tapi fakta di lapangan justru berkebalikan.

Ribuan massa selalu hadir dalam setiap kampanye yang dilakukan Prabowo maupun Sandiaga Uno. Hal yang berbeda dialami pasangan nomor 01. Dalam setiap kampanye yang dilakukan, massa yang hadir tidak sebanyak massa pendukung Prabowo-Sandi. Padahal dalam setiap survei, mereka diklaim selalu unggul jauh.

Melihat fenomena anomali tersebut, wajar bila pendukung Prabowo-Sandi selalu percaya diri dan mengabaikan hasil survei yang menempatkan elektabilitas Prabowo-Sandi masih kalah. Mereka seolah yakin, untuk kali keduanya lembaga survei akan menelan ludah, seperti ketika mereka memprediksi hasil kontestasi pilkada DKI Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun