Mohon tunggu...
Pranata Riano
Pranata Riano Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang Belajar

Seperti umumnya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Alhamdulillah Masih Bernafas

22 Mei 2020   21:51 Diperbarui: 26 Juni 2021   17:45 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok foto halaman facebook Hugging Not Judging 

" Alhamdulillah sampai hari ini yang maha kuasa masih beri saya kesempatan bernafas, " ucap Berto (bukan nama sebenarnya).

Kalimat itu menjadi pembuka pembicaraan teman kecil yang cukup lama tak kujumpai. Berto namanya. Pria lajang berusia 36 tahun berperawakan kurus itu adalah salah satu teman yang masih diberikan kesempatan bernafas oleh sang kuasa sampai detik ini. 

Ya, beberapa tahun silam ia merupakan mantan pecandu. Jenis heroin atau lebih populer dengan sebutan putaw pilihannya. Sejak puluhan tahun lalu bahkan. Saat ini mungkin ialah satu dari sekian teman karib sepermainan yang masih tersisa.

Jauh sebelum menjadi pengguna aktif. Seperti pada umumnya kehidupan keluarga. Awalnya tak ada yang berbeda. Apalagi aneh dari tingkahnya. Bahkan dapat dikatakan berjalan normal dan harmonis. Dari tiga saudara lainnya, hanya Berto lah yang sedikit berbeda perilakunya.

Padahal secara intelegensia, ia tergolong anak yang cerdas dan aktif dikalangan rekan sebaya. Pun demikian dengan perekonomian keluarga. Bisa dibilang segala kebutuhan dan fasilitas cukup terpenuhi.

Sesaat kemudian, ia mulai berkisah tentang lika-liku perjalanan hidupnya. Kala itu tepat dipertengahan tahun 1996. Entah darimana mulanya, Berto mulai bersentuhan dengan barang haram yang menyebabkan dirinya harus berulang kali keluar masuk pusat rehabilitasi. 

Beruntungnya, ia tak pernah berurusan dengan pihak kepolisian. Seiring berjalannya waktu, ia mulai kehilangan kendali. Narkoba selalu mengendalikan pikirannya. Makin hari ia pun tak berdaya.

Pelan namun pasti ia mulai menjauh dari pergaulan normal dan teman kecil sepermainan. Menarik diri lebih tepatnya. Mirisnya, akibat tingkat kecanduan yang makin parah dan tak terarah.  Menyebabkan gelar Sarjana yang sudah di depan mata terpaksa pupus dari mimpinya. Begitupun segala fasilitas yang dimiliki. Nyaris tak ada lagi yang tersisa. Termasuk perekonomian keluarga.

Dan bisa ditebak, puncak kekesalan sekaligus kegeraman seluruh anggota keluarga sudah pasti tak dapat terelakan. Itu tak lain akibat kelakuannya. Pertengkaran-pertengkaran hebat di dalam keluarga acapkali menjadi rutinitas setiap kali ia kembali kerumah. Tak terhitung lagi makian dan murka keluarga yang diarahkan padanya. Lantaran merasa malu dengan tingkah lakunya.

Singkat cerita, tahun demi tahun berjalan. Puncaknya kala tengah menjalani perawatan di salah satu pusat rehabilitasi di kota Jakarta. Tepat di awal tahun 2010, ia dinyatakan positif terjangkit Human Immunodeficiency Virus (HIV). Terbesit rasa bersalah saat harus membayangkan apa yang akan dialami oleh orang tua serta seluruh anggota keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun