Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjadi Centang Biru

26 Agustus 2022   05:30 Diperbarui: 26 Agustus 2022   22:15 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunda Rose dan Pak Tjip, sebagai kompasianer yang sangat senior dan dihormati semua penulis, juga kerap hadir memberi komentar menyemangati. Haru membayangkan beliau yang sudah sepuh menyempatkan diri untuk menulis komentar buat anak bawang. Di sini saya belajar satu hal berharga, kerendahan hati. Kerendahan hati yang menunjukkan tingginya kualitas yang beliau-beliau miliki.

Tanggal 26 April 2022, AU pertama. Banyak sekali ucapan selamat AU dari teman-teman kompasianer, pecah telurrr, begitu canda mereka. Kebahagiaan mereka ternyata tidak kalah besar dengan rasa bahagia di hati saya. Mereka, para penulis senior itu ikut merayakan keberhasilan “adik” nya mendapat predikat AU. Di sini saya belajar lagi, apresiasi yang tulus itu menguatkan. Saya semakin bersemangat membuat tulisan di sela-sela kegiatan sehari-hari. 

  • Menemukan makna dari menulis

Sebuah artikel yang saya buat “Membantu Anak Kidal agar Tumbuh Optimal” menuai banyak ucapan terimakasih. Baik dari sesama kompasianer yang pernah mendapatkan perlakuan keras di masa kecil karena kidal dan dipaksa menggunakan tangan kanan, maupun dari teman-teman lain yang memiliki anak kidal. Salah satunya adalah guru putri saya yang juga mempunyai putra kidal.

Begitu pula artikel saya yang berjudul “Membantu Anak Indigo”, mendapatkan banyak komentar dari orang yang mengalami ataupun melihat perlakuan tidak enak dari sekitar karena tidak paham dengan fenomena anak indigo. Mereka berterimakasih dan berharap banyak orang mau memahami anak indigo.

Setelah makin yakin dengan artikel yang dibuat, saya mulai mempublikasikannya lewat status aplikasi WhatsApp. Pertama membuat status sampai ada sahabat yang japri “Kirain lo kenapa.. sampe bikin status, ‘gak pernah kan lo seumur-umur pasang status !”

Lalu di hari berikutnya, ada teman guru yang japri dan minta izin share artikel saya karena merasa bahwa apa yang ditulis dibutuhkan oleh orang tua siswa. Ini namanya pucuk dicinta ulam tiba, penulis mana yang tidak suka tulisannya mendapat banyak pembaca.


Satu demi satu ucapan terimakasih dan apresiasi baik yang disampaikan di komentar artikel ataupun yang langsung japri via WhatsApp membuat saya yakin bahwa tepat saya memilih Kompasiana untuk berbagi. Kompasiana tidak berbayar, semua yang membutuhkan informasi bisa mengaksesnya secara gratis.

Terimakasih Kompasiana, terimakasih sahabat-sahabat Kompasianer dan semua yang selalu memberi semangat untuk terus berbagi kebajikan.

Mari menjaga Indonesia dengan kebajikan

Saya yakin kebajikan akan mampu membuat Indonesia "Pulih Lebih Cepat dan Bangkit Lebih Kuat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun