Mohon tunggu...
Johnson K.S. Dongoran
Johnson K.S. Dongoran Mohon Tunggu... -

Lahir dalam keluarga Kristen dari suku Batak di Tapanuli Selatan Sumatera Utara, masih muda merantau di Pulau Jawa. menikah dengan gadis Bali dan dikaruniai tiga orang anak. Kini bekerja sebagai dosen di UKSW dan tinggal di kota Salatiga. Prinsip hidup pribadi: Setiap hari ergaul akrab denan Tuhan; menambah dan memperkental persahabatan dengan sesama; menambah ilmu dan keterampilan; menghasilkan sesuatu yang berguna bagi banyak orang; berkeringat; bekerja berdasarkan prioritas.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Melawan Guru

25 April 2013   06:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:38 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelajaran yang paling tidak saya sukai di SMP di Pematangsiantar adalah bernyanyi. Karena itu, setiap ada giliran nyanyi saya berusaha menghafal satu lagu beberapa hari sebelumnya, yang nantinya akan saya nyanyikan di kelas. Suatu minggu, di kelas 3 SMP, ketika semua murid harus bernyanyi bergantian di depan kelas, lagu yang sudah saya hafal sudah terebih dahulu dinyanyikan murid lalin. Ketika giliran saya maju untuk bernyanyi, saya tidak mau maju. Walau guru mendesak, saya tetap tidak mau beernyanyi. Saya merasa malu menyanyikan lagu yang sama dengan lagu yang sudah dinyanyikan murid lain, walau tidak ada larangan menyanyikan lagu yang sama.
Karena saya tidak mau maju bernyanyi, guru kami ini memberi alternatif lain yang tidak masuk akal bagi saya, yaitu saya disuruh membeli rokok untuk guru ini. Ketika itu saya tidak punya uang, dan karena itu saya menolak permintaan guru ini. Tiba-tiba saya dipukul oleh guru kami ini di depan teman-teman saya karena saya menolak permintaannya untuk membeli rokok. Menurut saya waktu itu, guru kami tersebut keterlaluan, dan karena itu saya melawan guru ini saat itu juga di dalam kelas. Walau tubuh saya lebih kecil dari guru ini, tetapi saya lawan. Saya tinju bibirnya hingga pecah dan berdarah-darah.
Karena melawan guru di kelas, urusan jadi panjang, di mana Kepala Sekolah harus turun tangan. Saya kuatir juga ketika itu, karena minggu berikutnya akan test akhir penentuan lulus tidaknya dari sekolah tersebut. Setelah jelas duduk perkara bagi Kepala Sekolah, diputuskan bahwa kejadian itu terjadi bukan merupakan kesalahan saya. Kami hanya diminta berdamai. Saya menyalam Pak guru dan meminta maaf (Sumber: Pengalaman dari PBM oleh Johnson Dongoran berdasarkan percakapan dengan Raja Sagala)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun