Mari bercinta. Di bawah kolong langit. Beralaskan ilalang, bersuluhkan bintang-bintang.
Mari bercumbu. Dia atas permadani malam. Bermusikkan kicau burung. Berselimutkan dingin angin.
Biarkan kita menjadi jalang. menemui kembali kepurbaan diri. Mari kita jejak indahnya sepucuk nikmat.
Biarkan kemurnian kita mengotori bumi. Menyuburkan kembali tanah-tanah yang mulai gersang. Terbakar keserakahan makhluk Tuhan.
Tak usah risaukan anjing malam yang melolong di kekelaman. Diamkan saja lengking burung-burung malam.
Biarkan saja mulut-mulut kotor berkoar. Berkhotbah tentang nafsu dan dosa. Tentang kesucian yang di depan mereka agungkan dan di belakang mereka ludahkan.
Mari biarkan raga berpaut dan berpagut. Menyatu, titik demi titik. Melebur, inci demi inci.
Berteriaklah sesukamu. Meraunglah bila kau ingin. Lupakan sejenak bahwa kita manusia. Tak usah ingat-ingat dulu soal harkat dan martabat.
Tak usah segan menjadi binatang. Atau malu. Bukankah kita memang pemangsa? Terbiasa saling membinasakan?
Mari biarkan percintaan menjadi ladang penghilang ego. Dimana keakuan terlupakan. Dimana "kita" menjadi bahasa tak terbantahkan.
(Di percintaan mana kita sanggup berdiri sendiri? Mana mungkin kupanjat hasrat tanpa dirimu? Bagaimana pula kau menarikan hasrat tanpaku?)