Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Mari Bercinta

2 April 2011   05:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12 177 2


Mari bercinta. Di bawah kolong langit. Beralaskan ilalang, bersuluhkan bintang-bintang.

Mari bercumbu. Dia atas permadani malam. Bermusikkan kicau burung. Berselimutkan dingin angin.

Biarkan kita menjadi jalang. menemui kembali kepurbaan diri. Mari kita jejak indahnya sepucuk nikmat.

Biarkan kemurnian kita mengotori bumi. Menyuburkan kembali tanah-tanah yang mulai gersang. Terbakar keserakahan makhluk Tuhan.

Tak usah risaukan anjing malam yang melolong di kekelaman. Diamkan saja lengking burung-burung malam.

Biarkan saja mulut-mulut kotor berkoar. Berkhotbah tentang nafsu dan dosa. Tentang kesucian yang di depan mereka agungkan dan di belakang mereka ludahkan.

Mari biarkan raga berpaut dan berpagut. Menyatu, titik demi titik. Melebur, inci demi inci.

Berteriaklah sesukamu. Meraunglah bila kau ingin. Lupakan sejenak bahwa kita manusia. Tak usah ingat-ingat dulu soal harkat dan martabat.

Tak usah segan menjadi binatang. Atau malu. Bukankah kita memang pemangsa? Terbiasa saling membinasakan?

Mari biarkan percintaan menjadi ladang penghilang ego. Dimana keakuan terlupakan. Dimana "kita" menjadi bahasa tak terbantahkan.

(Di percintaan mana kita sanggup berdiri sendiri? Mana mungkin kupanjat hasrat tanpa dirimu? Bagaimana pula kau menarikan hasrat tanpaku?)

Di percintaan kita berpadu. Mengusung hasrat bersama. Menyenandungkan nikmat. Menasbihkan surga yang lebih nyata dari cerita-cerita sang bijak.

Mari bercinta dan terus bercinta…..

Hingga raga tak lagi mampu menyanyi dan berdansa

Hingga nafas tak bersisa lagi

Hingga mata-mata yang iri meneteskan darah

Hingga mulut-mulut yang cemburu lelah mencerca

Hingga kita terkapar diam dalam satu rangkuman. Merenungkan surga yang tertinggal. Dalam perjalanan kereta yang mengusung kita menuju jahanam….

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun