Mohon tunggu...
Pinto Basuki
Pinto Basuki Mohon Tunggu... wiraswasta -

wong jawa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mari Bercinta

2 April 2011   05:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:12 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mari bercinta. Di bawah kolong langit. Beralaskan ilalang, bersuluhkan bintang-bintang.

Mari bercumbu. Dia atas permadani malam. Bermusikkan kicau burung. Berselimutkan dingin angin.

Biarkan kita menjadi jalang. menemui kembali kepurbaan diri. Mari kita jejak indahnya sepucuk nikmat.

Biarkan kemurnian kita mengotori bumi. Menyuburkan kembali tanah-tanah yang mulai gersang. Terbakar keserakahan makhluk Tuhan.

Tak usah risaukan anjing malam yang melolong di kekelaman. Diamkan saja lengking burung-burung malam.

Biarkan saja mulut-mulut kotor berkoar. Berkhotbah tentang nafsu dan dosa. Tentang kesucian yang di depan mereka agungkan dan di belakang mereka ludahkan.

Mari biarkan raga berpaut dan berpagut. Menyatu, titik demi titik. Melebur, inci demi inci.

Berteriaklah sesukamu. Meraunglah bila kau ingin. Lupakan sejenak bahwa kita manusia. Tak usah ingat-ingat dulu soal harkat dan martabat.

Tak usah segan menjadi binatang. Atau malu. Bukankah kita memang pemangsa? Terbiasa saling membinasakan?

Mari biarkan percintaan menjadi ladang penghilang ego. Dimana keakuan terlupakan. Dimana "kita" menjadi bahasa tak terbantahkan.

(Di percintaan mana kita sanggup berdiri sendiri? Mana mungkin kupanjat hasrat tanpa dirimu? Bagaimana pula kau menarikan hasrat tanpaku?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun