Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama FEATURED

Gaji Dulu Baru Kontribusi atau Sebaliknya?

28 Juli 2019   20:06 Diperbarui: 8 April 2020   07:54 3030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari https://thenextweb.com 

Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan kerja sama dalam tim, mampu bekerja di bawah tekanan, mampu bernegosiasi dan sederet interpersonal skill lainnya sangat dibutuhkan dalam perusahaan.

Sebenarnya perusahaan juga memberi perhatian kepada almamater si pencari kerja dalam aplikasi lamaran yang dimasukkannya. Tentu ada penilaian awal yang berbeda antara pencari kerja fresh graduate A dan B, jika A berasal dari universitas yang tidak diunggulkan dan minim prestasi, sedangkan B berasal dari universitas unggulan yang sangat terkenal karena punya sederet prestasi.

Perusahaan memiliki asumsi budaya atau etos kerja yang akan dilakoni di perusahan mulai terbentuk pada lingkungan akademisnya. Etos belajar yang kompetitif dan kondusif pada akademi atau universitas unggulan akan membantu pencari kerja membangun etos dalam lingkungan kerja yang sebenarnya dalam perusahaan. Tapi ini hanya salah satu variabel saja dari penilaian-penilaian lainnya.

Sebelum si pencari kerja diterima, masih ada wawancara yang biasa menjadi tempat negosiasi salary atau gaji antara calon karyawan dan perusahaan yang biasa diwakili oleh HRD atau manajemen terkait. Di sini bagian yang cukup krusial. Pencari kerja mesti hati-hati bernegosiasi, terutama bagi fresh graduate yang masih minim pengalaman dengan dinamika dunia kerja.

Manusia cenderung memikirkan haknya terlebih dahulu dibanding kewajibannya. Akibatnya pada bagian ini, calon karyawan biasanya menginginkan perusahaan memberi gaji yang setinggi-tingginya. 

Padahal dari sisi perusahaan, gaji adalah imbas hasil dari kontribusi karyawan yang diberikan kepada perusahaan.  Semakin besar dan strategis kontribusi karyawan, tentu semakin besar pula kompensasi yang diberikan perusahaan kepadanya.

Beberapa waktu lalu dunia maya heboh akibat unggahan status salah seorang warganet yang "merecehkan" gaji 8 juta karena menganggap dirinya yang merupakan lulusan salah satu universitas besar patut mendapatkan lebih. Tangkap layar statusnya sebagai berikut:

gambar dari https://www.tribunnews.com
gambar dari https://www.tribunnews.com

Pernyataan ini bisa bernilai benar atau salah tergantung sudut pandang mana yang akan digunakan untuk menilainya. Jadi kita tidak akan mengurai pernyataannya melainkan melihat dari sudut pandang yang lain mengenai bagaimana sebenarnya perusahaan menilai sumber daya manusia yang dimilikinya.

Selain latar belakang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan pribadi karyawan, ada beberapa hal lain yang biasa menjadi fokus perusahaan saat merekrut dan menilai karyawan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun